Wujudkan Nilai-nilai 4 Pilar Kebangsaan melalui Peran Aktif Generasi Muda Bali
Denpasar, PancarPOS | Peran aktif generasi muda Bali, dengan penuh keseriusan, kepedulian, dan komitmen, sangat dibutuhkan, meskipun Indonesia telah merayakan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sebab, meskipun sudah banyak waktu berlalu, masih banyak masalah serius yang terjadi di tanah air, seperti tindak pidana korupsi, penegakan hukum yang tidak adil, dan fenomena tebang pilih dalam pelaksanaan hukum. Dalam istilah sehari-hari, banyak yang mengatakan “Indonesia tidak sedang baik-baik saja.” Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain selain peran aktif dan kepedulian generasi muda untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negaranya, termasuk dalam hal pengamalan ajaran agama yang diyakini oleh bangsa Indonesia. Meskipun masyarakat tampak khusyuk dalam beragama, korupsi masih merajalela, pelanggaran hukum terus terjadi, dan ketidakadilan masih menimpa banyak warga.
Anggota DPR-MPR RI, Dr. I Wayan Sudirta, SH, MH, mengungkapkan hal tersebut dalam menjawab berbagai pertanyaan peserta Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Gedung PHDI Bali, Denpasar, pada 25 November 2024. Sosialisasi ini juga dihadiri oleh Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak, SH, yang turut menjadi narasumber bersama Dr. Sudirta, yang juga anggota Komisi III DPR RI dari daerah pemilihan Bali.
Sosialisasi ini diikuti oleh mahasiswa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, tokoh masyarakat dan agama dari Denpasar, serta para pemangku/rohaniawan. Acara ini berlangsung hangat dan menghasilkan banyak masukan berharga.
Sudirta menjelaskan secara komprehensif bagaimana Bung Karno menggali nilai-nilai dan falsafah hidup bangsa Indonesia dari sejarah kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit. Secara ajaib, kerajaan-kerajaan ini mampu bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Keajaiban tersebut terletak pada kenyataan bahwa raja-raja se-Nusantara menyerahkan kekuasaannya demi NKRI, dengan dasar negara Pancasila, konstitusi UUD 1945, dan perekat persatuan Bhinneka Tunggal Ika. Ini berbeda dengan kejadian di awal abad ke-20, di mana kekaisaran Ottoman yang pernah besar terpecah menjadi negara-negara kecil.
Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini dinilai sangat penting dalam memupuk kesadaran untuk mewujudkan nilai-nilai dalam falsafah kebangsaan agar semakin baik. Hal ini dapat dicapai melalui pembuatan regulasi yang sejalan dengan nilai-nilai dan falsafah bangsa, serta revisi regulasi yang tidak adil atau tidak sesuai dengan falsafah tersebut.
Masa depan bangsa Indonesia berada di tangan generasi muda. Generasi yang sekarang berkuasa akan berakhir secara alami maupun secara konstitusional. Untuk memastikan keberlanjutan negara dan bangsa, serta mewujudkan bangsa yang adil dan makmur, peran generasi muda sangatlah vital. Generasi muda harus berani dan siap mengambil tanggung jawab besar, seperti yang dilakukan oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan tokoh-tokoh pahlawan lainnya pada masa kolonial. Banyak di antara mereka yang masuk penjara dan bahkan gugur dalam perjuangan melawan penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan.
Di akhir sosialisasi, para peserta sepakat untuk membentuk Kelompok Diskusi guna mendiskusikan berbagai masalah aktual kebangsaan, termasuk isu-isu yang berkembang di Bali, yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial dengan pernyataan bahwa “Bali tidak sedang baik-baik saja.” ora/ana