Perburuan Uang Seri Ganjil-Genap: Antara Kepercayaan, Investasi, dan Gengsi

Klungkung, PancarPOS | Siapa sangka selembar uang kertas dengan angka unik di nomor serinya bisa bernilai jauh di atas nominal aslinya? Fenomena perburuan uang dengan nomor seri “ganjil” atau “genap” semakin marak belakangan ini. Tidak hanya kolektor kawakan, warga biasa pun mulai tergoda memburu lembaran rupiah berangka cantik ini.
Di Pasar Klungkung, I Gusti Nyoman Widia (45) tampak antusias menukar lembaran rupiah di pedagang eceran. “Saya sering dapat uang kembalian dengan nomor seri unik. Kalau ganjil-genapnya berurutan, bisa saya simpan. Konon bisa bawa hoki,” ujarnya pads Minggu (29/6/2025) sambil menunjukkan uang pecahan Rp50.000 dengan nomor seri 135731.

Bagi sebagian orang, nomor seri ganjil atau genap bukan sekadar deret angka. Ada nilai magis sekaligus gengsi di baliknya. Di beberapa komunitas, uang dengan pola nomor seri tertentu dipercaya mendatangkan keberuntungan, terutama jika pola angkanya dianggap ‘selaras’ dengan weton atau shio pemiliknya. Tak jarang, uang ini dijual kembali lewat grup kolektor dengan harga berkali lipat.
“Nomor seri 246824, misalnya, pernah laku sampai Rp2 juta meski nominalnya cuma Rp100 ribu. Karena angkanya genap berulang, banyak orang percaya angka itu mendatangkan kelancaran rezeki,” ungkap Komang Arya, salah satu admin komunitas kolektor uang seri di Bali.

Fenomena ini tak lepas dari tren koleksi barang-barang ‘rare item’ yang makin menjamur di kalangan generasi muda. Jika dulu orang berlomba-lomba menimbun koin kuno, kini tren bergeser ke uang kertas dengan nomor seri unik. Beberapa pemburu bahkan rela ‘berburu’ ke bank, money changer, atau penukaran valas demi mendapatkan lembaran rupiah yang diincar.
Meski belum ada penelitian akademik yang secara khusus menyoroti hal ini, tren perburuan uang seri ganjil-genap bisa jadi cermin bagaimana masyarakat memaknai uang tak hanya sebagai alat transaksi, tetapi juga simbol harapan, status sosial, dan bahkan instrumen investasi jangka panjang.

Di Denpasar, salah satu penjual kopi keliling, Ni Ketut Sari, mengaku beberapa kali dipinta pelanggannya untuk menukar uang kembalian jika nomor serinya ‘kurang bagus’. “Ada yang suka angka ganjil, ada yang maunya genap. Kadang saya sendiri heran, tapi ya senang juga, siapa tahu jadi rezeki tambahan,” tuturnya sambil tertawa.
Di sisi lain, Bank Indonesia sempat mengingatkan agar masyarakat tetap bijak. Uang tetaplah alat pembayaran sah yang fungsinya utama untuk transaksi, bukan diperdagangkan melebihi nilai nominalnya. Meski demikian, tren ini tetap sulit dibendung karena sudah melekat dengan kepercayaan kolektif dan nilai budaya yang tak kasat mata.

Bagi para pemburu, lembaran uang seri ganjil atau genap bukan sekadar selembar kertas. Ia jadi penanda keberuntungan, kebanggaan, sekaligus pengingat bahwa nilai rupiah kadang lebih dalam dari sekadar angka di atasnya. ama/ksm
