Masa Pandemi, Prospek Pemulihan Ekonomi Bali Bisa Tumbuh 4 5% – 5,5%

Denpasar, PancarPOS | Pandemi Covid-19 yang belum berakhir membuat dampak perekonomian di Bali semakin terpuruk, mengingat besarnya tingkat ketergantungan perekonomian Bali terhadap sektor pariwisata, maka pola pemulihan ekonomi Bali sangat tergantung dari pola pemulihan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke Bali. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Trisno Nugroho menjelaskan, secara umum, hasil survei dan pengamatan terhadap beberapa indikator menunjukkan bahwa perekonomian Bali pada tahun 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020. Laju pemulihannya ditentukan oleh faktor faktor (1). ketersediaan vaksin Covid-19, (2) level of confidence to travel, (3). kebijakan perlintasan orang (domestik dan internasional) dan (4). pemulihan ekonomi global. Sementara itu, permintaan untuk wisatawan domestik diperkirakan akan lebih cepat pulih dibandingkan dengan wisatawan mancanegara.

“Hasil indikator google trend yang menunjukkan bahwa pencarian Bali telah mulai meningkat. Selain itu pencarian terhadap Bali berada diatas destinasi domestik lainnya yang menunjukkan bahwa Bali masih menjadi objek wisata yang diminati wisatawan domestik,” paparnya, saat dihubungi, Selasa (19/1/2021). Lanjutnya Trisno, prospek pertumbuhan ekonomi 2021 dilihat berdasarkan komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sisi permintaan, semua komponen diperkirakan mengalami kenaikan. Komponen konsumsi swasta mengalami peningkatan di tahun 2021. Hal ini tercermin dari Survei Konsumen, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen 6 bulan kedepan lebih tinggi dibandingkan dengan indeks sebelumnya. Komponen pengeluaran pemerintah diperkirakan meningkat. Perkiraan ini didasarkan pada informasi dari Bappeda Provinsi Bali, dimana pada tahun 2021 terjadi peningkatan pagu APBD. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan nasional dimana pengeluaran pemerintah diarahkan agar bersifat ekspansif konsolidatif.

Kinerja Investasi pada tahun 2021 diperkirakan meningkat. Kondisi ini seiring dengan rencana investasi di tahun 2021 baik yang bersumber dari swasta maupun pemerintah. Terdapat sejumlah proyek baru tahun 2021 diantaranya jalan tol Gilimanuk Mengwi, pembangunan hotel, dan penataan destinasi wisata Pura Besakih, pembangunan Pelabuhan Benoa, dan pembangunan jalur kereta api listrik Bandara menuju ke Kuta. Disamping itu, investasi nonbangunan juga diperkirakan meningkat. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan optimisme investor seiring mulai dilaksanakan vaksinasi Covid 19. “Ekspor diperkirakan mengalami perbaikan meskipun belum dapat kembali kepada level tahun 2019. Perkiraan ini didasarkan pada perbaikan ekonomi negara mitra dagang utama Provinsi Bali. Pertumbuhan ekonomi Amerika akan membaik dari -4,3% tahun 2020 menjadi 3,1% tahun 2021. Sementara itu Australia, China dan Jepang akan membaik dari masing masing -4,5%, 1,9% dan-5,3% di tahun 2020 menjadi 4,0%, 8,2% dan 2,3% di tahun 2021. Disamping itu, jalur distribusi yang sebelumnya sempat terhambat akibat covid 19 saat ini diperkirakan akan terbuka dan mulai normal kembali,” ungkapnya.

Lebih lanjut Trisno menegaskan, prospek pertumbuhan ekonomi 2021 dilihat berdasarkan komponen produk domestik regional bruto (PDRB) sisi penawaran, semua lapangan usaha diperkirakan mengalami kenaikan. Kinerja lapangan usaha Akomodasi makan minum (hotel dan restauran) dan transportasi pada tahun 2021 diperkirakan akan mengalami perbaikan. Kondisi ini terjadi seiring dengan perkiraan pulihnya wisatawan domestik di tahun 2021. Hasil survei persepsi bisnis kepada perusahaan yang bergerak di lapangan usaha makan dan minum mencerminkan bahwa mayoritas perusahaan berpersepsi bahwa kunjungan wisatawan akan dimulai pada triwulan II 2021 dan akan kembali ke level 2019 di tahun 2022. Kinerja sektor konstruksi pada tahun 2020 juga diperkirakan akan mengalami peningkatan. Kondisi ini disebabkan oleh dilakukannya proyek proyek konstruksi dan infrastruktur yang tertunda pada tahun 2021 seperti pembangunan bendungan, shortcut jalan, pengembangan kawasan pariwisata Bali Utara dan pengembangan Bandara Ngurah Rai. Seiring dengan itu, kondisi ini juga disebabkan oleh peningkatan optimisme pelaku usaha.

“Kinerja sektor perdagangan diperkirakan tumbuh positif seiring dengan perkiraan perbaikan konsumsi Rumah Tangga dan perbaikan mobilitas di tahun 2021. Kami memperkirakan angka pertumbuhan di Q1 masih kontraksi secara yoy, Q2 dan seterusnya sudah positif. Namun secara qtq, pertumbuhannya sudah positif sejak Q1,” bebernya. Trisno mempertanyakan, berapakah besar dampak dari proyek proyek Pemda seperti pelabuhan segitiga emas maupun yang lainya bagi pertumbuhan ekonomi Bali? Sebab proyek investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi Bali, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, proyek pemerintah baik yang berasal dari APBN maupun APBD akan dihitung dalam komponen investasi. Sedangkan secara tidak langsung, proyek-proyek pemerintah akan membawa dampak pada peningkatan sektor sektor lain seperti sektor industri, transportasi dan konstruksi swasta sehingga semakin memacu pertumbuhan ekonomi. “Adapun secara langsung, kontribusi investasi dalam pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2021 diperkirakan sebesar 0,1% – 0,2%,” imbuhnya.

Dikatakannya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 4,5% s/d 5,5% (yoy). Apabila terjadi perubahan terhadap asumsi pihaknya menggunakan dalam penyusunan proyeksi, misalnya ketentuan perlintasan batas WNA diperpanjang atau hasil dari pelaksanaan vaksinasi belum tampak sehingga diperlakukan PPKm, maka diperkirakan angka proyeksi akan bias ke bawah dari proyeksi sebelumnya. “Dengan kesungguhan Bapak Presiden dan seluruh masyarakat Indonesia dalam melaksanakan vaksinasi pencegahan covid 19 yang sudah di mulai minggu lalu, kita berharap semua berjalan dengan lancar sesuai rencana dan optimisme pemulihan ekonomi dapat terus berlanjut untuk semakin baik di tahun 2021,” pungkas Trisno. tra/ama
