Kerja DPRD Bali Studi Banding dan Jalan-jalan Dalam dan Luar Negeri, Giliran Irigasi Subak Dicaplok Tak Merespon
Denpasar, PancarPOS | Jajaran anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali yang selama ini selalu sibuk melakukan studi banding dan kunjungan kerja dalam hingga ke luar negeri, belum ada yang merespon terkait kerusakan yang terjadi pada irigasi subak di Desa Adat Canggu, Kuta Utara, Badung yang tidak mendapat perhatian serius. Pembangunan hotel atau villa mewah yang diduga mencaplok saluran irigasi subak, menyebabkan kerusakan parah pada sistem pengairan yang sangat penting bagi kehidupan para petani di wilayah tersebut. Meskipun sudah ada protes keras dari warga, khususnya para krama subak, hingga kini belum ada langkah konkrit dari DPRD Bali untuk menanggapi masalah tersebut.
Ketut Sanjkarta yang juga mantan kelian subak menegaskan bahwa tindakan yang diambil oleh pihak pengembang sangat membahayakan kelestarian subak. “Waaaah, apa tak bahaya taaaah… Majelis Ulama Subak Provinsi Bali segera turun ke lapangan,” ujar Ketut Sanjkarta dengan nada tegas. Menurutnya, kerusakan ini seharusnya segera mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan legislatif, terutama untuk menjaga kelestarian sistem subak yang telah lama menjadi kearifan lokal Bali.
“Perda Subak No. 9 Tahun 2012 yang mengatur tentang pelestarian subak dan lembaga kearifan lokal harus ditegakkan. Subak harus tetap terjaga dan kelestariannya harus dijaga,” lanjut Sanjkarta. “Loka Kertih, yang artinya tempat yang suci dan lestari, harus dijaga demi keberlanjutan pertanian dan kehidupan masyarakat Bali,” tambahnya.
Sementara itu, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Komisi I dan II DPRD Badung berencana melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi proyek untuk meninjau kerusakan yang telah terjadi dan mencari solusi terbaik. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai waktu pasti pelaksanaan sidak tersebut.
Sejumlah warga setempat mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakpedulian para wakil rakyat terhadap masalah ini. “Kami sudah mengeluh dan berharap ada perhatian dari DPRD Bali, tapi mereka malah sibuk jalan-jalan studi banding ke luar negeri,” ungkap seorang petani di Canggu. “Irigasi ini sangat penting bagi kami, kalau sampai macet terus, kami bisa gagal panen.”
Kerusakan pada irigasi subak ini berpotensi menyebabkan dampak besar bagi perekonomian lokal. Subak adalah sistem pengelolaan air yang sangat vital bagi pertanian di Bali, dan kerusakan pada sistem ini akan mengancam sumber daya pangan serta kelangsungan hidup warga yang bergantung pada pertanian. Warga dan aktivis berharap agar pihak DPRD Bali dan pemerintah daerah segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, agar kelestarian subak dan kepentingan masyarakat tetap terlindungi. ama/ksm