Daerah

Ngurah Aryawan Tegas: Krematorium Bisa Hancurkan Konsep “Menyama Braya” dan Tradisi Bali


Denpasar, PancarPOS | Dalam pernyataan keras yang mencuatkan kekhawatiran mendalam, Ketut Ngurah Aryawan, Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Kota Denpasar, menegaskan bahwa meskipun penggunaan prosesi krematorium sebagai metode pemakaman tidak salah, namun jika diteruskan tanpa pengaturan yang bijak, hal tersebut bisa mengancam hilangnya nilai-nilai adat dan budaya Bali. Aryawan menekankan bahwa jika krematorium menjadi alternatif yang terus-menerus digunakan, maka konsep “Menyama Braya”, yang merupakan salah satu dasar kebersamaan masyarakat Bali, bisa tergerus dan menghilang.

“Penggunaan krematorium tidak salah dalam konteks yang terbatas, namun jika ini terus-menerus diterapkan, maka akan ada dampak yang sangat besar terhadap kehidupan adat di Bali. Konsep ‘Menyama Braya’ yang sudah mengakar dalam masyarakat Bali akan mulai terkikis. Sanksi adat yang selama ini berlaku sebagai pengingat dan pengikat kebersamaan masyarakat Bali bisa hilang. Jika ini terjadi, semakin sedikit orang yang akan merasa terikat untuk datang menyabra braya atau mengikuti kegiatan adat lainnya,” ujar Ngurah Aryawan dengan penuh penekanan.

I Ketut Ngurah Aryawan, sosok pejuang kemanusian yang maju menjadi Caleg DPRD Denpasar nomor urut 2 Dapil Denpasar Barat. (foto: ist)

Menurut Aryawan, Bali telah dikenal sebagai tempat yang kaya akan tradisi, dan prosesi adat seperti Ngaben yang penuh dengan makna spiritual menjadi pilar dalam membangun kedekatan sosial dan kebersamaan. Namun, jika masyarakat mulai menggantikan upacara ini dengan krematorium, maka bukan hanya akan mempengaruhi kesakralan upacara, tetapi juga mengancam hilangnya rasa kebersamaan yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Bali.

“Jika tradisi seperti ini tergerus, kita tidak hanya kehilangan upacara adat yang sakral, tetapi juga kehilangan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang telah lama menjadi landasan kehidupan masyarakat Bali. Krematorium mungkin memberikan solusi praktis dalam pemakaman, tetapi jika terus digunakan tanpa pengawasan yang tepat, akan mengikis dasar-dasar sosial kita,” tambahnya.

Ngurah Aryawan mengingatkan bahwa Bali memiliki sistem sosial yang terjalin dengan kuat melalui kegiatan adat dan ritual bersama, seperti upacara Ngaben. Kegiatan ini bukan hanya prosesi pembakaran jenazah, tetapi juga kesempatan bagi masyarakat untuk berkumpul, bersatu, dan mempererat hubungan antarwarga. Jika tradisi ini digantikan begitu saja oleh krematorium, maka bukan hanya upacara adat yang hilang, tetapi juga rasa kebersamaan yang selama ini menjadi kekuatan sosial Bali.

I Ketut Ngurah Aryawan, tokoh muda yang juga Ketua Karang Taruna Kota Denpasar, dan Bakal Caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Barat 2 dari Partai Gerindra. (foto: ist/dok)

Sejalan dengan kekhawatirannya, Aryawan mendesak agar Pemerintah Kota Denpasar bersama PHDI segera mengeluarkan regulasi yang jelas dan tegas mengenai penggunaan krematorium, agar tidak menjadi tren yang menggerus keberlanjutan adat dan budaya Bali. Ia meminta agar ada pembatasan dalam penerapan krematorium, dan bahwa prosesi adat yang mendalam seperti Ngaben harus tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Bali.

“Saya mendesak agar pemerintah segera bertindak untuk mengatur penggunaan krematorium. Tanpa pengaturan yang tegas, kita khawatir Bali akan kehilangan salah satu identitasnya yang paling penting, yaitu tradisi dan kebersamaan dalam ‘Menyama Braya’. Kita tidak bisa hanya mengejar kemudahan, tetapi harus tetap menjaga agar Bali tetap berakar pada nilai-nilai luhur yang sudah ada,” kata Aryawan.

Aryawan juga menyerukan kepada seluruh masyarakat Bali untuk tidak hanya menjaga, tetapi juga melestarikan tradisi dan adat yang telah ada, serta mengingatkan bahwa kehidupan sosial dan kebersamaan di Bali harus tetap menjadi prioritas utama. Ia mengajak seluruh masyarakat Bali untuk terus menjaga dan memperkuat ikatan sosial yang terjalin melalui prosesi adat yang selama ini telah menjadi dasar kehidupan mereka.

“Saya mengajak seluruh masyarakat Bali untuk berkomitmen menjaga dan melestarikan tradisi kita. Jangan sampai kita menjadi generasi yang kehilangan jati diri hanya karena sebuah solusi praktis yang tidak menganggap penting nilai-nilai adat kita. Bali harus tetap menjadi tempat yang penuh dengan makna spiritual, kebersamaan, dan tradisi yang menjadikan kita berbeda dan unik,” pungkas Ngurah Aryawan dengan penuh semangat. ama/ksm



MinungNews.ID

Saluran Google News PancarPOS.com

Baca Juga :



Back to top button