Soroti Proyek Kura-Kura Bali di Pulau Serangan, Andre Baskoro: Masyarakat Bali Butuh Investasi yang Peduli Lingkungan dan Budaya

Denpasar, PancarPOS | Anggota Komisi I DPRD Kota Denpasar dari Fraksi Partai Golkar, Dr. Yonathan Andre Baskoro, memberikan sorotan tajam terkait proyek Kura-Kura Bali yang dikelola oleh PT BTID di Pulau Serangan. Dalam pernyataannya, Andre menyatakan bahwa meskipun investasi diperlukan untuk meningkatkan perekonomian Bali, namun proyek seperti Kura-Kura Bali harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan budaya masyarakat Bali yang sudah mulai tergerus akibat perkembangan zaman.

Proyek Kura-Kura Bali yang berada di Pulau Serangan telah menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir, dengan banyak pihak yang mempertanyakan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat. Pulau Serangan, yang dikenal dengan keindahan alamnya dan nilai budaya yang kaya, kini mulai terancam oleh proyek besar yang dianggap tidak sepenuhnya memperhatikan kelestarian lingkungan dan budaya lokal.
“Kami tidak anti-investasi, kami mengerti betul bahwa investasi bisa membawa manfaat ekonomi, tetapi yang kami butuhkan adalah investasi yang peduli dengan masyarakat Bali dan tidak merusak lingkungan serta kebudayaan kami. Proyek Kura-Kura Bali yang dikelola PT BTID di Pulau Serangan adalah contoh nyata dari sebuah proyek yang harus lebih sensitif terhadap aspek-aspek tersebut,” ujar Dr. Yonathan Andre Baskoro kepada PancarPOS.com, pada Kamis (30/1/2025).

Andre menambahkan, masyarakat Bali saat ini mulai merasa bahwa lahan mereka semakin tergerus oleh proyek-proyek besar yang tidak memberikan manfaat langsung bagi rakyat kecil. “Kami mulai kehilangan lahan, kami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan kebudayaan kami yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu mulai tergerus. Perkembangan zaman seharusnya tidak mengorbankan hubungan persaudaraan dan kebudayaan yang sudah kami pelihara,” ungkapnya.
Proyek Kura-Kura Bali di Pulau Serangan, yang sebelumnya dijanjikan sebagai sebuah destinasi wisata internasional dengan konsep ekowisata, kini menimbulkan kontroversi. Masyarakat lokal mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkan terhadap keberlanjutan lingkungan dan kebudayaan. Banyak yang merasa bahwa proyek tersebut lebih mengutamakan keuntungan finansial daripada menjaga alam dan budaya Bali yang menjadi identitas pulau ini.

“Proyek besar seperti Kura-Kura Bali ini harus benar-benar memperhatikan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Kami ingin investor datang, tetapi dengan niat untuk membangun secara berkelanjutan, bukan sekadar mengejar keuntungan. Kami ingin proyek yang menghormati dan mempertahankan budaya Bali, bukan yang menghancurkannya,” tegas Andre.
Andre juga menyampaikan terima kasih kepada mereka yang telah peduli dan terus berjuang untuk menjaga kelestarian Bali, termasuk media yang telah mendorong pemberitaan terkait dampak proyek ini kepada masyarakat luas. “Terima kasih kepada semua pihak yang terus bersuara, kepada media yang tidak lelah memberikan informasi kepada masyarakat, serta kepada mereka yang konsisten memperjuangkan agar Bali tetap menjadi pulau yang lestari, baik lingkungan maupun budayanya,” ujarnya.

Sebagai anggota DPRD yang berkomitmen untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, Andre menegaskan bahwa ia akan terus mengawal masalah ini di tingkat legislatif. “Kami akan terus memperjuangkan agar investasi yang masuk ke Bali memberikan manfaat yang adil bagi masyarakat Bali dan tidak merusak lingkungan serta budaya yang sudah ada. Kita semua harus bersama-sama menjaga Bali agar tetap menjadi pulau yang indah dan penuh dengan tradisi yang dihormati,” pungkasnya.
Pernyataan ini menjadi salah satu bentuk perhatian yang mendalam terhadap dampak proyek-proyek besar terhadap kehidupan masyarakat Bali. Dengan semakin banyaknya proyek yang berkembang, harapannya adalah agar semua pihak, baik pemerintah, investor, maupun masyarakat, dapat bekerjasama untuk menjaga Bali tetap lestari, baik dari segi lingkungan maupun nilai-nilai budayanya. ama/ksm
