Guyur Program Rp600 Juta, Made Urip Bantu Pemulihan Lahan di Desa Adat Suwat

Gianyar, PancarPOS | Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Drs. I Made Urip, M.Si., kembali turun gunung untuk membuka dan menambah wawasan masyarakat, khususnya krama Desa Adat Suwat yang kini tengah menjadi sorotan dalam upaya pemulihan lahan dan pelestarian lingkungan. Kali ini, Wakil Rakyat Sejuta Traktor yang akrab disapa M-U ini, menggelar Sosialisasi Program Pemulihan Lahan di Suwat Waterfall, Gianyar, pada Senin, 23 September 2024. Program ini mencakup kegiatan yang diawali dengan penanaman bersama secara simbolis pohon manggis dan tingkih yang diharapkan dapat mengangkat Desa Adat Suwat sebagai destinasi wisata agro yang berbasis lingkungan hidup. Bantuan program penanaman dan pemulihan lahan yang digugur senilai total Rp600 juta itu, berkat perjuangan dan uluran tangan Made Urip yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan membidangi Koperasi dan UMKM dengan bekerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk anggaran tahun 2024.
Kegiatan ini didukung penuh oleh Kelompok Masyarakat Gerakan Menjaga Sungai dan Hutan Desa Adat Suwat untuk mengoptimalisasi peran serta masyarakat desa wisata dalam pemulihan lahan dan menjaga keberlangsungan lingkungan hidup. Seperti diungkapkan Ketua Kelompok Masyarakat Gerakan Menjaga Sungai dan Hutan Desa Adat Suwat, Ngakan Made Budiasa sebagai penerima bantuan dari aspirasi yang diperjuangkan oleh Made Urip sudah sangat dirasakan oleh masyarakat di Desa Adat Suwat. Bantuan yang diberikan tersebut secara bertahap dialokasi untuk 755 bibit pohon produktif, pembangunan gapura dan 2 unit tower air serta pupuk yang dikelola langsung oleh Kelompok Masyarakat Gerakan Menjaga Sungai dan Hutan Desa Adat Suwat. “Sebagai masyarakat penerima bantuan dari Pak Made Urip melalui KLHK sangat antusias sekali. Oleh karena itu, kami tidak lupa berharap melalui bantuan ini bisa menjadi penopang ekonomi masyarakat kami dengan memiliki lahan yang lebih bermanfaat,” bebernya.
Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, ST., juga ikut menyambut kedatangan Made Urip di Desa Adat Suwat sebagai sosok Anggota DPR RI yang terpilih selama 5 periode sangat identik dengan pertanian dan subak. Made Urip juga tetap konsisten berjuangan untuk membangun sektor pertanian di Bali agar semakin maju dan berkembang. Terbukti selain alat dan mesin pertanian, seperti traktor, juga menyuntik bantuan bibit tanaman produktif untuk menjaga pemulihan lahan dan pelestarian lingkungan dengan memilih Desa Suwat. “Kami sangat berterima kasih kepada pak Made Urip yang selalu berjuang untuk masyarakat di pusat,” ucapnya. Di sisi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, Ni Made Mirnawati, S.STP, M.Si., mengakui tidak salah masyarakat Bali, khususnya di Gianyar memilih Made Urip sebagai wakil rakyat yang selalu berjuang untuk masyarakat bawah, terutama para petani dan krama subak. “Kita di Gianyar sangat banyak dibantu oleh Pak Made Urip, sehingga tidak salah memilih beliau,” tandasnya.
Ditegaskan kembali, Direktorat Pengendalian Kerusakan Lahan KLHK yang diwakili oleh Safrudin, S.T., selaku Koordinator NSPK menyampaikan program pemulihan lahan dari KLHK ini setiap tahunnya selalu dialokasikan dari 14 lokasi lahan di seluruh Indonesia, salah satunya Desa Suwat. Oleh karena itu, Desa Suwat satu-satunya lahan yang dialokasikan di Bali sebagai wujud bantuan aspirasi dari Made Urip. Apalagi sebelum memillih Desa Suwat yang paling memenuhi syarakat dan kriteria sebagai program pemulihan lahan, juga sudah sempat melakukan survei di tiga lokasi di Bali. Rencananya program kegiatan ini akan berlangsung selama tiga bulan yang bertujuan untuk memanfaatkan lahan tidur agar lebih produktif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. “Dengan konsep agrowisata lokasi ini dipilih untuk program pemulihan lahan di tahun 2024. Kita juga ingin integrasikan agar juga bisa terwujud wisata buah yang berkelanjutan ke depan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Made Urip menyampaikan apresiasinya terhadap upaya pelestarian lingkungan di Desa Suwat. Selain itu, Urip juga mendorong inovasi dan kreativitas dari pihak desa adat dalam mengembangkan potensi lokal yang ada. “Lingkungan di sini luar biasa, masih natural, sangat cocok untuk pengembangan destinasi wisata berbasis lingkungan hidup dan agro. Kita berharap ke depan Desa Suwat bisa menjadi desa wisata petik buah manggis yang diminati wisatawan. Diharapkan Bendesa Adat Suwat bisa terus berinovasi agar Desa Suwat tidak hanya menjadi destinasi wisata yang natural tetapi juga religious, sehingga menjadi kebanggaan Kabupaten Gianyar,” ujarnya. Saat sosialisasi ini, Made Urip menekankan pentingnya menjaga lahan pertanian di Bali dari ancaman alih fungsi lahan yang kian masif. Setiap tahun, sekitar 700 hektar lahan pertanian di Bali hilang akibat beralihnya fungsi lahan menjadi pembangunan hotel, villa, dan perumahan. “Alih fungsi lahan di Bali sangat masif, dan tanpa perlindungan yang ketat, lahan-lahan subak kita akan habis,” ujarnya dengan penuh keprihatinan.
M-U juga mengingatkan masyarakat Desa Adat Suwat untuk tidak mudah tergoda oleh tawaran pengembang. “Sekali bapak kasih pengembang masuk, subak itu hanya akan tinggal kenangan. Ini yang harus kita jaga agar aset budaya dan pertanian kita tidak hilang,” katanya. Dalam pidatonya, Made Urip menekankan bahwa pemulihan lahan harus dimulai dengan menanam pohon. “Ada pohon, ada air, ada kehidupan. Dengan menanam, kita menjaga ekosistem dan lingkungan hidup kita. Ini modal penting bagi Bali, apalagi di tengah tantangan perubahan iklim dan ancaman kerusakan lingkungan,” lanjutnya. Made Urip juga menegaskan pentingnya menjaga kelestarian subak di Bali sebagai warisan leluhur. Subak bukan hanya sistem irigasi, tetapi juga simbol kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali. Dengan melindungi subak, masyarakat Bali dapat mempertahankan ketahanan pangan mereka di tengah krisis global.

Made Urip yang telah mengabdi selama hampir 25 tahun di DPR RI yang terpilih dengan 255.130 suara terbanyak di Dapil Bali dan ranking ke-7 nasional itu, menyatakan bahwa sektor pertanian Bali harus diperkuat sebagai sektor unggulan di luar pariwisata. Program pemulihan lahan di Desa Suwat ini diharapkan tidak hanya melindungi lahan pertanian, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal melalui pengembangan wisata agro. Dukungan dari pemerintah pusat, DPR RI, serta masyarakat desa adat diharapkan dapat memastikan keberlanjutan program ini di masa depan. “Bali tidak bisa hanya mengandalkan pariwisata. Pertanian, terutama yang berbasis ekosistem seperti di Desa Suwat harus menjadi sektor andalan Bali,” pungkas M-U. ama/tim/ksm
