Harga Beras Melambung Untungkan Petani di Bali, Sunada: Harga Masih Terjangkau

Denpasar, PancarPOS | Kenaikan harga beras yang makin melambung memang mengandung dua sisi yang saling bertentangan. Bagi para konsumen kenaikan harga beras tentu merupakan beban tambahan yang harus ditanggung. Namun sebaliknya dari sisi petani selaku produsen, kenaikan harga beras menguntungkan bagi petani di Bali, dengan catatan diawali dengan kenaikan harga gabah di tingkat petani. Karena para petani bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan panennya. “Kapan lagi kita memberi keuntungan kepada petani? Sekarang lah saatnya,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kadistanpangan) Provinsi Bali, Dr. I Wayan Sunada, SP., M.Agb., di Denpasar, Kamis (21/9/2023).

Menurutnya, beras yang dihasilkan petani Bali umumnya merupakan beras premium dg rasa yang enak dan pulen serta dilakukan dengan teknik budidaya ramah lingkungan, sehingga memiliki kandungan gizi yang sehat untuk dikomsumsi. “Jadi dengan harga yang sebelumnya Rp 13 ribu, naik menjadi Rp14 ribu per kilogram, dan sudah mengarah ke organik. Wajarlah terjadi kenaikan harga, dan itu masih terjangkau,” tuturnya. Saat ini, lanjut dia, harga jual gabah petani mencapai berkisar Rp 6.000 sampai dengan Rp 6.500 per kilogram di tingkat petani, lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500 per kilogram.
“Kalau beras naik itu wajar. Karena, biaya produksi yang dikeluarkan penggilingan juga naik. Belum lagi musim kemarau, dan sekarang bukan panen raya, sehingga sesuai hukum pasar kenaikan harga tersebut wajar” ungkapnya. Menurutnya, panen di Bali tidak merata. Saat ini.bukan merupakan masa panen raya, panen raya di Bali terjadi pada bulan Maret – April. Pada bulan September 2023 ini, terdapat panen seluas 8.500 hektar. “Yang paling tinggi panen terjadi di Tabanan, Badung, Gianyar, dan Buleleng,” sebutnya. Sunada juga menyampaikan penyebab Nilai Tukar Petani (NTP) Bali rendah di bawah 100. Hal itu terjadi karena hasil yang diterma petani dari hasil usahataninya lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, salah satunya dipicu karena begitu ada kenaikan sedikit, masyarakat sudah ribut.

“Ketika beras di pasaran murah, petaninya tidak dapat apa-apa. Petaninya menangis,” imbuhnya. Sunada juga mengungkapkan stok beras Bali mencapi 42 ribu ton, sedangkan ketersediaannya sekitar 60 ribu ton. Untuk beras medium di Bulog sekitar 15 ribu ton. “Stok itu khusus beras Bali, sedangkan ketersediaan itu ada di Bulog,” jelasnya. Untuk konsumsi beras di Bali sebesar 418 ribu ton per tahun. Pihaknya memperkirakan, Bali bakal terjadi surplus beras di atas 100 ribu ton per tahun. “Kalau tahun 2022 kemarin, kita surplus 96 ribu ton. Kita semuanya surplus kecuali bawang putih,” katanya.
Harga beras Rp14 ribu merupakan hal yang wajar. Karena inflasi Bali terendah nasional, dan ditambah dengan situasi panen tidak merata. Seperti di Klungkung areal panen yang menurun. “Kenaikan harga beras ini menjadi keuntungan bagi petani. Karena saat ini NTP di bawah 100. Masih ada diangka 99,” pungkasnya. tim/ama