Hukum dan Kriminal

Terungkap! Klub Malam Terbesar di Bali Akui Kecolongan Penggunaan Simbol Dewa Siwa, Pelaku Sudah Dipecat


Denpasar, PancarPOS | Kontroversi besar terkait penggunaan simbol Dewa Siwa di latar belakang sebuah tayangan promosi yang diunggah oleh salah satu klub hiburan malam terbesar di Bali kini memasuki babak baru. Setelah menuai kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, pihak klub hiburan malam tersebut akhirnya mengakui bahwa kejadian tersebut merupakan sebuah kecolongan besar.

Seorang sumber dari internal klub tersebut yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa pihak manajemen baru saja mengetahui masalah tersebut setelah video tersebut viral di media sosial. “Kemarin kecolongan lagi nih. Pegawainya sudah langsung dipecat,” kata narasumber tersebut dengan nada menyesal, pada Minggu malam (2/2/2025).

Tayangan yang menggunakan simbol Dewa Siwa sebagai latar belakang di sebuah klub hiburan malam terbesar di Bali ini awalnya ditemukan oleh masyarakat melalui sebuah unggahan Instagram yang segera menarik perhatian publik. Simbol Dewa Siwa, yang bagi umat Hindu merupakan manifestasi Tuhan yang sangat disucikan, digunakan secara tidak pantas di tempat hiburan malam, yang jelas bertentangan dengan norma-norma agama.

Penggunaan simbol suci ini menimbulkan kecaman hebat dari berbagai kalangan, terutama umat Hindu yang merasa tersinggung dengan tindakan tersebut. PHDI Bali, melalui Tim Hukum mereka, segera mengeluarkan somasi terbuka yang mengecam keras penggunaan simbol agama dalam konteks yang tidak sesuai. PHDI Bali bahkan menuntut pihak yang bertanggung jawab untuk segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf dalam waktu 7×24 jam, serta bertanggung jawab secara hukum.

Menurut IR Putu Wirata Dwikora, S.H., M.H., anggota Tim Hukum PHDI Bali, penggunaan simbol Dewa Siwa di tempat hiburan malam adalah bentuk pelecehan terhadap agama Hindu dan merusak nilai-nilai spiritual yang dijunjung tinggi oleh umat Hindu. “Simbol Dewa Siwa adalah simbol suci, dan seharusnya hanya digunakan di tempat-tempat ibadah yang dihormati seperti pura. Penggunaannya di klub malam jelas merupakan penghinaan yang tidak bisa dibiarkan,” ujar Dwikora, saat dihubungi di Denpasar.

Menanggapi pernyataan PHDI Bali dan reaksi keras masyarakat Bali, pihak klub hiburan malam ini mengakui bahwa kejadian tersebut merupakan kesalahan yang sangat disesalkan. Sumber internal yang kami hubungi menyatakan bahwa kejadian ini adalah akibat kelalaian dari salah satu staf yang bertugas. “Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Meskipun ini adalah kecolongan yang tidak terduga, kami sudah langsung mengambil tindakan tegas dengan memecat pegawai yang terlibat,” tambahnya.

Pihak klub hiburan tersebut juga menegaskan bahwa mereka sangat menghargai keberagaman dan rasa hormat terhadap agama, serta berkomitmen untuk lebih berhati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan budaya dan agama di masa depan. “Ini adalah pelajaran besar bagi kami. Ke depannya, kami akan lebih ketat dalam pengawasan setiap konten yang kami tayangkan, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” ujar narasumber tersebut.

Namun, meskipun tindakan tegas berupa pemecatan pegawai telah dilakukan, banyak pihak masih merasa bahwa itu tidak cukup untuk menutup luka yang sudah tergores. Pihaknya kembali menekankan pentingnya tindakan hukum terhadap penghinaan simbol agama. Karena pemecatan seorang pegawai tidak cukup. Oleh karena itu, PHDI mendesak agar proses hukum segera dijalankan. Siapapun yang terlibat dalam penghinaan simbol agama harus diproses sesuai hukum yang berlaku.

Sebagai respons terhadap somasi yang dilayangkan oleh PHDI Bali, klub hiburan tersebut juga telah berusaha menjalin komunikasi dengan pihak PHDI Bali untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Mereka berharap agar kasus ini dapat segera diselesaikan dengan baik dan tidak menambah ketegangan antar umat beragama di Bali.

Namun, di balik semua upaya klarifikasi dan permintaan maaf, dampak sosial dari insiden ini telah cukup besar. Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu merasa bahwa tindakan ini mencederai nilai-nilai luhur yang mereka junjung tinggi. Apalagi, Bali dikenal sebagai pulau dengan keberagaman budaya dan agama yang kental, di mana toleransi dan rasa hormat adalah hal yang sangat dijaga. “Kami berharap agar pihak terkait tidak hanya meminta maaf, tetapi juga memastikan bahwa simbol agama tidak lagi digunakan untuk tujuan yang tidak pantas,” ujar salah seorang warga Bali yang merasa kecewa dengan kejadian ini.

Ke depan, kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama tempat-tempat hiburan yang harus lebih berhati-hati dalam menggunakan simbol-simbol agama. Pihak PHDI Bali juga berharap agar aparat penegak hukum segera menindaklanjuti kasus ini dengan serius, agar tidak ada lagi insiden yang merusak keharmonisan antar umat beragama di Bali.

Saat ini, diharapkan segera dilakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini tengah dilakukan oleh pihak kepolisian, dengan melibatkan Direktorat Reserse Kriminal Umum dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Bali. Masyarakat Bali, terutama umat Hindu, terus menunggu perkembangan lebih lanjut terkait apakah tindakan hukum akan diambil terhadap pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini. ama/ksm



MinungNews.ID

Saluran Google News PancarPOS.com

Baca Juga :



Back to top button