Politik dan Sosial Budaya

Kisah Lele Bioflok Yang Diperjuangkan Made Urip, Dari 15 Ribu Jadi 80 Ribu Ekor


Tabanan, PancarPOSSabtu pagi, 19 April 2025 di Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Tabanan tampak tak biasa. Di tengah ladang pertanian dan rumah-rumah sederhana, sebuah kelompok petani ikan sedang menyambut tamu penting. Kolam-kolam bioflok yang tersusun rapi menjadi pusat perhatian. Ikan lele yang menggelepar aktif di permukaan air menandakan satu hal: hari panen telah tiba. Kelompok budidaya lele Mina Sari Rejeki Farm yang berdiri sejak 8 Juni 2021, kini menjadi buah bibir. Bukan hanya karena keberhasilannya membudidayakan ikan lele dengan sistem bioflok, tetapi juga karena perjalanannya yang penuh perjuangan, dukungan, dan semangat gotong royong.

Hari itu, mereka kedatangan tiga figur penting: Drs. I Made Urip, M.Si., anggota Pokja Percepatan Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, Wakil Bupati Tabanan I Made Dirga, S.Sos., dan anggota DPRD Provinsi Bali dari Fraksi PDI Perjuangan, Ni Made Usmantari. Ketiganya hadir untuk meninjau langsung hasil dari program bantuan budidaya lele sistem bioflok yang diberikan pada tahun 2023. Jajaran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan, koordinator penyuluh, KTNA, hingga tokoh-tokoh adat setempat ikut menyambut kehadiran mereka.

Made Urip bersama Ni Made Usmantari meninjau kolam bioflok Mina Sari Rejeki di Desa Penarukan, Tabanan. (foto: ama)

Di balik kegiatan panen itu, ada cerita besar tentang transformasi desa. Ketua kelompok, I Wayan Arba, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia mengenang masa-masa awal berdirinya kelompok itu. “Kami memulai dari delapan kolam kecil dan modal semangat. Baru pada 2023 kami dapat bantuan 15 ribu bibit ikan lele dan sistem bioflok dari pemerintah, atas perjuangan Bapak Made Urip,” ujarnya. Kini, jumlah lele yang dibudidayakan sudah berkembang menjadi 80 ribu ekor, dengan hasil panen mencapai 1 ton per bulan. Target ke depan? Meningkatkan kapasitas menjadi 2 ton per bulan dan menjadi pusat pelatihan budidaya bioflok di Tabanan.

Namun, perjuangan mereka belum selesai. Arba mengungkapkan masih ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, yakni tambahan bangunan kolam bioflok dan mesin aerasi. “Mesin aerasi ini penting sekali untuk suplai oksigen agar pertumbuhan ikan optimal. Kami baru punya satu bangunan kolam yang permanen. Harapannya bisa dibantu lagi agar produksi makin stabil dan kualitas makin bagus,” katanya.

Di hadapan para petani, Made Urip menegaskan bahwa sektor pertanian dan perikanan akan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan Bali. Meski kini tidak lagi menjadi anggota DPR RI, namun M-U sapaan Bapak Sejuta Traktor ini tetap aktif memperjuangkan sektor ini melalui posisi barunya di Pokja Percepatan Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, khususnya membidangi Pertanian, Kelautan, Perikanan, Industri dan Perdagangan. “Perikanan dan pertanian adalah fondasi kedaulatan pangan kita. Sistem bioflok ini adalah bentuk inovasi yang harus dikembangkan karena terbukti bisa meningkatkan produksi dan efisiensi,” ujar Urip yang juga menjabat Ketua DPP PDI Perjuangan bidang koperasi dan UMKM.

Ia juga menyinggung tantangan yang dihadapi Bali, termasuk menyusutnya lahan pertanian, kurangnya regenerasi petani, serta ancaman ketergantungan pangan dari luar daerah. “Kita harus dorong anak-anak muda agar tidak malu turun ke sawah atau ke kolam. Bali harus bersiap dari sekarang, jangan sampai kehilangan kemandirian pangannya,” tegasnya. Lebih dari itu, M-U juga menyinggung pentingnya menjaga lingkungan sebagai penopang utama sektor pertanian dan perikanan. Ia mendorong masyarakat mendukung program Bali Bersih, terutama dengan mengurangi sampah plastik dari rumah tangga. “Kalau lingkungan rusak, semua ikut rusak. Pertanian, perikanan, pariwisata. Kita harus mulai dari hal kecil, termasuk menjaga ekosistem air bagi lele-lele ini,” ujarnya.

Made Urip, Wabup Tabanan I Made Dirga, dan Ni Made Usmantari menyaksikan proses panen lele bioflok di Mina Sari Rejeki, Desa Penarukan. (foto: ama)

Di sisi lain, Wabup Tabanan I Made Dirga, yang juga mantan Ketua DPRD Tabanan, menegaskan bahwa keberhasilan kelompok Mina Sari Rejeki adalah inspirasi bagi kelompok lain. Menurutnya, Tabanan sebagai lumbung pangan Bali harus mampu memperkuat sektor perikanan untuk mendukung program gizi masyarakat, termasuk dalam mencegah stunting. “Jangan sampai ada kolam lele tapi masyarakatnya tidak makan ikan lele. Ini harus jadi kebiasaan. Setelah panen, harus ada pasar, harus ada konsumen. Kita juga dorong konsumsi ikan di rumah tangga dan sekolah-sekolah,” ujarnya.

Ia juga menyinggung peran penting Made Urip yang sejak menjadi anggota dewan di pusat konsisten mendorong program makan ikan. “Pak Made dari dulu terus dorong masyarakat makan ikan. Di Tabanan juga sering lomba mancing. Artinya, ikan ini bagian dari budaya lokal juga. Kalau bisa kita produksi sendiri, kenapa harus beli dari luar?” katanya. Kelompok Mina Sari Rejeki kini memiliki 18 kolam bioflok. Jumlah yang cukup untuk memproduksi ikan secara berkelanjutan dan menjadi percontohan bagi kelompok-kelompok baru. Dengan semangat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan tokoh-tokoh yang peduli, kelompok ini tumbuh bukan hanya sebagai pelaku usaha, tapi juga pionir perubahan.

Di akhir kunjungan, suasana hangat terasa ketika para petani dan tamu undangan duduk bersama, melakukan panen bersama, sambil berdiskusi ringan. Ada kebanggaan tersendiri melihat bagaimana sebuah desa kecil bisa menjadi pelopor inovasi pertanian dan perikanan yang berdampak luas. Dari 15 ribu bibit hingga 80 ribu ikan, dari delapan kolam hingga menjadi pusat pelatihan, Mina Sari Rejeki adalah bukti bahwa dengan semangat gotong royong, inovasi, dan dukungan yang tepat, desa bisa menjadi pusat perubahan. Bukan sekadar panen ikan, tapi juga panen harapan. ama/ksm



MinungNews.ID

Saluran Google News PancarPOS.com

Baca Juga :



Back to top button