Serapan Beras dan Jagung, Distanpangan Bali Perkuat Pendampingan Kemitraan Strategis Bulog dan Petani

Denpasar, PancarPOS | Dalam menghadapi tantangan fluktuasi harga komoditas pangan saat musim panen raya, Perum Bulog mengambil langkah strategis dengan menjalin kemitraan langsung bersama petani. Fokus kerja sama ini adalah penyerapan dua komoditas utama, yaitu beras dan jagung, yang menjadi hasil unggulan sektor pertanian di Provinsi Bali. Melalui skema kemitraan ini, Bulog tidak hanya berperan sebagai pembeli hasil panen (off-taker), tetapi juga sebagai mitra strategis yang turut mendukung keberlanjutan produksi pangan lokal. Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distanpangan) Provinsi Bali. Instansi ini turut memfasilitasi koordinasi antara petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan), serta unsur BUMN dan BUMDes untuk memastikan kelancaran dan keberhasilan program kemitraan.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Wayan Sunada, menyampaikan bahwa pola kemitraan ini merupakan bentuk nyata dalam menjamin hasil panen petani dengan harga yang sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Menurutnya, kerja sama ini tidak sekadar jual beli, melainkan bagian dari sistem ketahanan pangan Bali yang berbasis pada kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan. “Pola kemitraan ini menjadi salah satu bentuk konkret kolaborasi antarlembaga dalam melindungi petani dari fluktuasi harga dan memberi jaminan pasar. Dinas berperan dalam memetakan potensi panen, mengidentifikasi kelompok tani yang siap bermitra, dan memastikan kualitas hasil panen memenuhi standar yang dipersyaratkan Bulog,” ujar Sunada di Denpasar, Kamis (27/4/2025).
Salah satu daerah yang menjadi perhatian dalam program ini adalah Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan pantauan di lapangan, terdapat 60 hektare lahan jagung yang telah dipanen, dengan sisa sekitar 5% yang belum dipanen. Produktivitas lahan di wilayah tersebut mencapai 5 hingga 6 ton per hektare. Adapun harga jagung tongkol kering di tingkat petani saat ini berada di kisaran Rp2.200 per kilogram, sedangkan untuk jagung pipilan kering berkisar Rp4.500 per kilogram. Menyikapi hal ini, Bulog telah menyatakan kesiapan menyerap jagung pipilan kering dengan kadar air maksimal 14% dengan harga Rp5.500 per kilogram.
Untuk memastikan keberhasilan kemitraan, Distanpangan Provinsi Bali memperkuat peran pendampingan melalui Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Pendampingan teknis dilakukan melalui petugas penyuluh lapangan (PPL) di setiap kecamatan. Para PPL memberikan bimbingan kepada petani dalam pengelolaan pascapanen, peningkatan kualitas produk, serta penyesuaian terhadap standar logistik dan penyimpanan agar hasil panen dapat diserap secara optimal oleh Bulog. Pemerintah Provinsi Bali menargetkan agar pola kemitraan strategis semacam ini dapat direplikasi di kabupaten lainnya. Hal ini merupakan bagian dari strategi pembangunan pertanian terpadu yang menitikberatkan pada ketahanan dan kemandirian pangan. Selain memberikan jaminan harga dan penyerapan hasil panen, pola ini juga mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas pertanian secara berkelanjutan.
“Kami akan terus mendorong ekosistem pertanian yang sehat, mulai dari hulu hingga hilir. Dengan sinergi antara pemerintah daerah, BUMN seperti Bulog, dan kelembagaan petani, kami yakin pertanian Bali akan semakin tangguh,” tutup Wayan Sunada. Dengan kemitraan yang kuat antara Bulog dan petani, diharapkan hasil panen beras dan jagung dapat terserap secara optimal. Selain memberikan keuntungan nyata bagi petani, langkah ini juga memperkuat pondasi ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan dan berbasis lokal. ama/ksm
