Panen Padi di Bali Turun, Produksi Jagung Menanjak Drastis
Denpasar, PancarPOS | Realisasi panen padi di Bali sepanjang Januari hingga September 2020 merosot dibandingkan tahun sebelumnya dibenarkan olen Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali, Ir. IB Wisnuardhana, M.Si., saat ditemui di Denpasar, Senin (9/11/2020). Hal itu juga sesuai data survei KSA, karena terjadi pergeseran puncak panen padi pada 2020 dibandingkan 2019. Puncak panen padi pada 2020 terjadi pada bulan Oktober, sementara puncak panen pada 2019 terjadi pada bulan Mei.
Akibat hingga akhir September lalu memang terjadi penurunan luas sawah sebesar 66.380 hektar, atau mengalami penurunan sekitar 5.630 hektar (-7,82 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 72.009 hektar. Sementara itu, potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 28.351 hektar. “Produksi panen padi di Bali memang saat ini turun. Penyebabnya akibat luas lahan sawah makin sedikit, selain akibat lahan sawah beralih ke komoditi Palawiaja,” beber birokrat asal Tabanan ini.
Salah satu komoditi Palawija yang produksinya menanjak drastis, seperti Jagung Hybrida yang produksinya makin meningkat tajam. “Kalau komoditas Jagung produksinya hingga September 2020 sekitar 82,53 persen dengan luas lahannya meningkat sebanyak 5.157 ha dibanding tahun sebelumnya hanya 62,48 persen atau sekitar 11.405 ha. Akibanya produksi Jagung Hybrida di Bali rata-rata 77 ribu ton per September 2020, dari sebelumnya sekitar 42 ribu ton,” terang Wisnuardhana.
Menurutnya para petani beralih memilih menanam Palawija, khususnya Jagung Hybrida, karena ada paket bantuan dari Distan Pangan Provinsi Bali tahun 2020 untuk 7.200 ha. Selain itu, harga Jagung jauh lebih menguntungkan sekitar Rp4 ribu per kilo dan budidayanya jauh lebih mudah daripada padi dengan tingkat resiko gagal yang rendah. “Sekarang banyak yang beralih menanam Jagung di Tabanan, Jembrana dan Karangasem dan terutama di dataran rendah. Kalau musim hujan nanti bisa lebih banyak lagi yang tanam. Kebutuhan Jagung Hybrida ini banyak digunakan sebagai pakan ternak,” jelasnya.
Selain Jagung Hybrida, komoditas lain juga dikembangkan, seperti Tembakau dan Cabe, karena dari sisi produksi lebih menguntungkan daripada komoditas Padi. “Kita juga membenarkan saat ini ada pergeseran panen, akibat musim yang juga berubah. Padahal sekarang mulai musim hujan masuk bulan Oktober, sehingga menjadi puncak tanam padi,” tutupnya. Sebelumnya diketahui berdasarkan data survei KSA, total potensi luas panen padi pada 2020 mencapai 94.730 hektar, atau mengalami penurunan sekitar 589 hektar (0,62 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 95.319 hektar.
Luas panen tertinggi pada 2020 terjadi pada Oktober, yaitu sebesar 13.078 hektar, sementara luas panen terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 1.714 hektar. Produksi padi di Bali sepanjang Januari hingga September 2020 diperkirakan sekitar 383.666 ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 42.384 ton (9,95 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 426.050 ton GKG. Produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 87.829 ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 10.292 ton GKG. ama/ksm