Reses, Serahkan ‘’Dana Punia’’ untuk ‘’Yadnya’’ Umat Hindu, Sudirta Ajak Perkuat SDM, Sambil Lestarikan Budaya
Tabanan, PancarPOS | Selain tetap melestarikan aneka seni budaya yang diwariskan oleh para leluhur, hal penting lain yang patut dilakukan adalah memperkuat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Hindu di desa adat, agar mampu menghadapi perkembangan dan kompetisi ke depan. Seni budaya memang menghasilkan devisa melalui pariwisata, dan penguatan kualitas sumberdaya manusia di bidang ekonomi dan keterampilan teknis lainnya, bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, dari pariwisata yang menimbulkan multiplyer-effect dalam kehidupan masyarakat.
Anggota Komisi III DPR RI, Wayan Sudirta menyatakan hal itu, mengakhiri masa resesnya sepanjang bulan April dan Mei 2023, dengan turun langsung ke beberapa desa, bertemu konstituen, untuk mendengar aspirasi mereka. Antara lain, Pura Dalem Desa Adat Cekik yang mempersiapkan Upacara Ngenteg Linggih. Dan saat turun di Desa Adat Cekik, Kabupaten Tabanan, Sudirta didampingi Anggota DPRD Bali Fraksi PDI Perjuangan, Ketut ‘’Boping’’ Suryadi, yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Tabanan pada periode sebelumnya.
Sudirta juga turun langsung berkunjung ke Pura Dalem Kupa-Desa Nongan Kabupaten Karangasem yang menyelenggarakan Upacara Memungkah, Ngenteg Linggih, Tawur Agung, dan Pura Dadia Pasek Gelgel di Banjar Dinas Gula Deda Buana Giri, Kec. Bebandem, Kabupaten Karangasem yang menggelar Piodalan. Dalam kunjungan daerah pemilihan di Karangasem tersebut, Sudirta didampingi Wayan Ariawan, SH yang juga Tenaga Ahli dari Wayan Sudirta.
Selain menyerahkan ‘’dana punia’’ serangkaian upacara Yadnya tersebut, Sudirta menyatakan apresiasinya, karena upacara-upacara umat Hindu di Desa Adat tersebut merupakan bentuk bhakti umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Hyang Widhi Wasa.
Selain bhakti ke Ida Hyang Widhi Wasa, rangkaian upacara yang sejak persiapan sampai puncak Upacara berlangsung berbulan-bulan, disertai aneka pengorganisasian kepanitiaan, penggalian dana punia, persiapan tari-tarian Wali, nuur Pandita dan Pinandita (mengundang Pemangku dan Sulinggih) dan aneka wewalungan (hewan-hewan caru/korban) yang diperlukan, mencerminkan kepemimpinan, manajemen dan kegotongroyongan yang luar biasa.
‘’Semangat gotong royong, menyamaberaya atau bersaudara yang lekat di batin setiap anggota desa adat, sangat luar biasa. Ini warisan budaya ratusan tahun yang sangat menarik, dan salah satu daya Tarik wisatawan berkunjung ke Bali, ya karena seni budayanya ini. Mari kita jaga bersama-sama, sambal tetap memperkuat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Bali, agar selain produktif di seni budaya yang dilestarikan, juga produktif secara sosial, keamanan maupun politik,’’ ujar Wayan Sudirta, mengomentari berbagai acara yang dikunjunginya.
Di masa reses, Sudirta memberikan perhatian dengan sumbangan ‘’dana punia’’ bagi masyarakat yang mengadakan Upacara Yadnya, berkunjung dengan Lembaga mitra seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, termasuk Desa Adat sampai ke rekan legislative sesama fraksi untuk menghubungkannya dengan konstituen di akar rumput. ora/ama/ksm