Sosok I Wayan Surnantaka: “Hidup untuk Berita”
Denpasar, PancarPOS | Setelah menamatkan gelar Sarjana Teknik di jurusan teknik mesin, saat Wisuda pada 30 September 2002 di Universitas Udayana, I Wayan Surnantaka justru memilih jalur yang berbeda, menjadi seorang wartawan. Dengan modal semangat menghadapi tantangan dan rintangan, ia berhasil menjalani karier jurnalistik yang gemilang, mulai dari wartawan televisi hingga media cetak, bahkan kini dipercaya memimpin media online di Bali. Siapa sebenarnya sosok ini?
Sosok I Wayan Surnantaka
Ketika bertemu dengan jurnalis senior bernama lengkap I Wayan Surnantaka, ST., kesan pertama yang muncul adalah rambutnya yang ikal, postur tubuh yang agak berisi, serta suara yang keras dan tegas. Pria kelahiran Benoa, 10 Juli 1979 ini cukup dikenal di kalangan rekan wartawan hingga kancah nasional. Selain ramah dan mudah bergaul, Surnantaka juga dikenal sangat militan dalam mencari dan menembus sumber berita. Karier jurnalistiknya dapat dikatakan sangat sukses, dengan moto hidupnya: “Hidup untuk berita”.
Perjalanan Pendidikan dan Awal Karier
Meski kini dikenal sebagai wartawan, Surnantaka mengungkapkan bahwa sejak kecil ia tak pernah membayangkan dirinya menjadi seorang jurnalis. Pendidikan awalnya dimulai dari Sekolah Dasar (SD) No.6 Benoa, hingga tamat tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Dwijendra Bualu hingga tahun 1995, dan Sekolah Menengah Atas Negeri atau SMAN 4 Denpasar, yang dikenal cukup bergengsi di Denpasar hingga lulus tahun 1998. Ia pun menempuh pendidikan di jenjang universitas dengan prestasi lulusan tercepat dan terbaik saat meraih gelar Sarjana Teknik dengan masa studi 3 tahun 9 bulan, pada tahun 2002 di Fakultas Teknik, Universitas Udayana, yang tentu saja tidak ada hubungannya dengan dunia jurnalistik. Namun, semua itu tidak menghalanginya untuk menapaki karier di dunia media.
“Saat tamat SD, saya menjadi yang terbaik. Awalnya saya malas melanjutkan ke Denpasar, padahal banyak teman yang memilih sekolah di sana. Namun akhirnya saya pergi juga ke Denpasar. Setelah SMA, saya kuliah jurusan teknik. Memang saya tidak pernah kuliah yang berhubungan dengan jurnalistik,” kenangnya dengan suara pelan.
Awal Masuk Dunia Jurnalistik
Meski memiliki latar belakang pendidikan yang jauh dari dunia jurnalistik, Surnantaka justru memutuskan untuk melamar menjadi reporter di Grup Media Bali Post, salah satu koran ternama di Bali. Tanpa disangka, ia diterima sebagai reporter atau wartawan televisi di Bali TV pada 1 Oktober 2002, meski dengan proses perekrutan yang sangat ketat. Namun, ia tetap memutuskan untuk terus bergabung dengan Bali TV, sebagai reporter media elektronik.
Bekerja di Bali TV tentu merupakan tantangan besar baginya, terutama karena ia sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang jurnalistik elektronik. Namun, berkat semangat, kerja keras, dan karakter Surnantaka yang senang menghadapi tantangan, ia berhasil menjadi reporter televisi yang cukup dikenal di kalangan pejabat dan rekan sejawatnya.
Berkembang di Dunia Televisi
Surnantaka mengungkapkan bahwa meskipun bidang akademiknya sangat berbeda dengan dunia jurnalistik, ia merasa pekerjaan ini justru merupakan passion-nya. “Bidang akademik dan pekerjaan saya memang berseberangan, tetapi jurnalistik penuh tantangan, saya merasa itu passion saya,” ujarnya tegas.
Berkat kecintaannya pada tantangan, Surnantaka mampu bertahan selama 13 tahun di Bali TV, sebuah waktu yang cukup panjang bagi seorang reporter. Selama itu, ia pun semakin matang dalam menjalani profesinya sebagai jurnalis.
Perpindahan ke POS BALI
Namun, karena dinamika politik internal di tempat kerjanya, Surnantaka memutuskan untuk berhenti dari Bali TV. Keputusan tegas ini mencerminkan salah satu karakter kuat dalam dirinya: berani mengambil langkah sesuai dengan hati nurani. Pada 5 Jamuari 2015, ia beralih menjadi wartawan senior di harian koran POS BALI. Kariernya pun semakin meroket, dan ia pun ditugaskan di berbagai posisi penting, seperti politik, ekonomi dan pariwisata. Hingga kini, ia dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi media online POS BALI.
“Karier yang menanjak ini tentu tidak datang begitu saja, melainkan berkat usaha dan kerja keras yang saya lakukan. Dan satu hal lagi, semua ini karena saya suka tantangan!” kata Surnantaka dengan senyum penuh keyakinan.
Moto “Hidup untuk Berita”
Surnantaka memiliki moto yang selalu ia pegang teguh dalam menjalani profesinya sebagai wartawan: “Hidup untuk berita.” Baginya, menjadi wartawan adalah sebuah panggilan hidup, dan ia bertekad untuk terus menjalani profesinya ini sampai akhir hayat. “Saya hidup dari kerja wartawan, dan saya matipun atas nama wartawan,” tutupnya, sembari mengusap wajah, penuh keteguhan. ***
Oleh: I Gusti Agung Paramita
Wartawan media Fajar Bali