Nasional

Masyarakat Bali Malu Naik Angkutan Umum, Lebih Memilih Kendaraan Pribadi


Badung, PancarPOS | Masyarakat Bali semakin enggan atau malu menggunakan angkutan publik meskipun tarifnya terjangkau. Faktor daya beli yang semakin tinggi menyebabkan lebih banyak orang memilih kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum. Hal ini juga terlihat pada pelaku usaha, seperti pedagang pasar yang kini lebih memilih memiliki angkutan barang sendiri untuk mendukung bisnis mereka.

Menyoroti fenomena ini, Wakil Ketua DPRD Bali, I Wayan Disel Astawa, mengungkapkan bahwa peningkatan daya beli masyarakat Bali berperan besar dalam kebiasaan mobilitas mereka. “Masyarakat Bali umumnya sudah memiliki daya beli yang cukup tinggi. Banyak yang sudah memiliki kendaraan pribadi, baik itu mobil maupun motor. Akibatnya, mereka merasa lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi, apalagi dengan status sosial yang dianggap lebih tinggi,” jelas Bendesa Adat Ungasan ini.

1bl#ik-042.19/9/2024

Fenomena ini juga berpengaruh pada sektor angkutan barang. Pedagang di pasar-pasar tradisional kini lebih memilih untuk memiliki kendaraan barang sendiri, ketimbang menggunakan angkutan umum. “Banyak pedagang yang memilih untuk memiliki kendaraan sendiri, karena ketersediaan angkutan barang yang sesuai dengan kebutuhan mereka sangat terbatas. Dengan kendaraan pribadi, mereka bisa lebih fleksibel dalam mengatur distribusi barang,” lanjut Disel Astawa.

Namun, meskipun masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi, Astawa menekankan pentingnya pengembangan transportasi umum yang lebih baik. “Pemerintah harus memperhatikan kualitas angkutan umum, baik dari sisi kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Angkutan umum harus bisa memberikan kenyamanan bagi semua lapisan masyarakat, bukan hanya bagi mereka yang terbatas kemampuannya,” kata politisi senior Partai Gerindra itu.

Contoh kegagalan transportasi publik yang ada di Bali terlihat pada sistem operasional Trans Metro Dewata, yang merupakan layanan bus antar kota yang diluncurkan dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan. Meskipun program ini sudah berjalan cukup lama, hasilnya jauh dari yang diharapkan. Berbagai faktor, seperti rute yang tidak efisien, jadwal yang tidak fleksibel, dan kondisi kendaraan yang kurang nyaman, membuat masyarakat enggan menggunakan Trans Metro Dewata. Hal ini menyebabkan banyak orang memilih kendaraan pribadi sebagai alternatif transportasi.

1th#ik-021.13/4/2023

Disel Astawa berpendapat bahwa angkutan umum di Bali perlu dikaji lebih matang, terutama dalam penentuan zona yang harus dilayani angkutan umum. Menurutnya, untuk mengurangi kemacetan dan penggunaan kendaraan pribadi, angkutan umum perlu difokuskan di kawasan-kawasan yang rawan macet, seperti Canggu, Seminyak, Kuta, serta Sanur dan Ubud yang sering dilanda kemacetan, terutama di musim pariwisata. “Daerah-daerah seperti Canggu, Seminyak, Kuta, serta Sanur, Denpasar, dan Ubud yang sering mengalami kemacetan harusnya mendapatkan perhatian lebih dalam hal penyediaan angkutan umum yang efisien dan nyaman,” ungkapnya.

Astawa juga mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan untuk mewajibkan angkutan umum di sekolah-sekolah. “Sekolah-sekolah perlu kembali menerapkan kebijakan angkutan umum untuk siswa, seperti yang pernah dilakukan di beberapa daerah. Ini bisa membantu mengurangi volume kendaraan pribadi dan membiasakan generasi muda untuk menggunakan transportasi publik,” katanya.

1th#ik-043.29/11/2024

Dengan harapan agar pemerintah, bersama dengan para stakeholder dan pengusaha angkutan, dapat menciptakan sistem transportasi umum yang lebih efisien dan menarik minat masyarakat, Disel berharap masyarakat Bali bisa lebih memilih angkutan umum daripada kendaraan pribadi. “Kami ingin pemerintah dan semua pihak bekerja sama untuk menciptakan sistem angkutan umum yang lebih baik, guna mengurangi kemacetan dan polusi, serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat Bali,” tutupnya. ama/ksm



MinungNews.ID

Saluran Google News PancarPOS.com

Baca Juga :



Back to top button