Pariwisata dan Hiburan

Pariwisata Bali Sudah Mengap-Mengap


Badung, PancarPOS | Pelaku pariwisata yang juga tokoh Desa Adat Legian, I Wayan Puspanegara, SP., mengatakan pandemi Covid-19 sudah menyebabkan sektor pariwisata di Bali mengap-mengap. “Kondisi ini seperti kita berdiri di dalam sungai yang airnya yang berada di atas hidung, sehingga rawan sekali air bisa masuk hidung yang berkibat fatal,” kata Puspa kepada wartawan di Badung, Rabu (23/9/2020). Pariwisata Bali belum bisa bangkit karena daya beli masyarakat menurun drastis akibat pandemi Covid-19 mulai Maret 2020.

1bl#bn-29/8/2020

Meskipun pariwisata sudah dibuka sejak tanggal 9 Juli untuk wisatawan lokal dan 31 Juli untuk wisatawan mancanegara. Masyarakat enggan berwisata selain daya beli rendah, angka penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk mengikuti protokol kesehatan dengan baik sehingga penyebaran Covid-19 lebih cepat. Upaya itu agar pemulihan ekonomi, khususnya sektor pariwisata bisa lebih cepat bangkit.

Mengingat perekonomian Bali, 70 persen lebih bergantung pada pariwisata, semenjak pandemi belum ada sektor lain yang menggantikan sehingga daya beli masyarakat menurun. Sejak hotel dan restoran mulai dibuka pada masa pandemi pendapatanya dibawah satu digit. Kondisi itu tentunya tidak memungkinkan dapat berjalan, justru akan mengalami kerugian yang lebih besar. Namun para karyawan tetap mempertahankan diri agar pihak hotel tidak melakukan pemberhentian, dengan harapan apabila kondisi pulih dapat bekerja kembali.

1bl-bn#5/1/2020

Untuk itu, karyawan tetap ada yang masih mendapatkan gaji 1/4 bahkan ada pula tidak digaji. “Sedangkan pekerja kontrak dan daily worker (DW) sudah diberhentikan,” ungkapnya. Pada kesempatan itu, dikatakan pula wisatawan hingga saat ini masih sekitar 5000 orang tersebar beberapa tempat dan obyek wisata. Wisatawan yang paling banyak tersebar daerah Badung, namun ada dari mereka sudah kehabisan bekal. Kondisinya sungguh memprihatinkan, kedutaan dari negara bersangkutan tidak mampu membiayai.

Dalam mempertahankan hidup wisatawan bersangkutan ada mencari sisa makan dari tempat sampah, sumbangan warga, ditempatkan di lembaga perlindungan perempuan. Ada pula wisatawan yang melakukan tindakan kriminalitas mencuri makanan maupun pesan makan dan minum tidak bayar. aya/ama

Baca Juga :

Tinggalkan Balasan


Back to top button