Pariwisata dan Hiburan

9 Bulan Bertahan, Pelaku Pariwisata di Bali Sudah “OTG”


Denpasar, PancarPOS | Wakil Ketua Umum DPP Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA), Dr (C) I Made Ramia Adnyana, SE., MM., CHA., menyambut baik upaya pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan pencegahan dan penyebaran pandemi Covid-19. Apalagi di satu sisi pariwisata Bali sudah mulai kelihatan mengeliat, terutama saat Nataru menjelang peak season dari 20 Desember sampai 4 Januari 2020. Namun juga disayangkan, justru kebijakan pemerintah pusat yang dituangkan melalui Surat Edaran (SE) Gubernur Bali No.2021 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Selama Libur Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru yang wajib menunjukan swab test negatif melalui jalur udara dan rapid test antigen negatif lewat jalur darat diterapkan persis ketika ada peak season.

1bl#ik-17/12/2020

“Padahal teman-teman berharap kalau ada kebijakan yang lebih lunak sedikit. Modelnya cukup dengan rapid test antigen yang disamakan baik darat dan udara. Saya kira ini membantu calon wisatawan yang telah merencanakan liburannya ke Bali,” ungkap Ramia saat dihubungi, Sabtu (19/12/2020). Jika kebijakan itu tidak bisa dilakukan, minimal dari pemerintah juga memberikan kebijakan dengan biaya yang jauh lebih murah, sehingga calon wisatawan tidak merasa dibenani dan pelaku pariwisata juga tidak terbenani. “Jadi sama-sama bisa berjalan dalam rangka pemulihan ekonomi sekaligus menekan laju penyebaran Covid-19,” papar General Manager Hotel Sovereign Bali itu, seraya mengaku hampir 9 bulan sudah menjadi “OTG” atau Orang Tanpa Gaji.

1bl-bn#7/1/2020

“Jadi pelaku pariwisata di Bali sebagian besar sudah tidak bekerja dan nasib usahanya sekarang tidak jelas ke depannya seperti apa dan kapan pariwisata kembali akan dibuka? Kami juga sangat kasian sekali melihat staf saya. Karena mereka digaji seadanya. Karena kami berusaha untuk bertahan,” beber Wakil Ketua Bidang Pariwisata DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali itu, sekaligus memandang perlu adanya timeline, karena sangat memahami Covid-19 ini tidak bisa diprediksi kapan akan berakhirnya. “Tapi minimal apa yang disampaikan Presiden Jokowi, bahwa masyarakat kita terutama pengusaha kita MPAC, yaitu Masyarakat Produktif Aman Covid, sehingga ekonomi dan pariwisata serta juga kesehatan bisa saling berjalan beriringan. Walaupun kesehatan lebih diutamakan sehingga ekonomi bisa mengikuti,” tutupnya. ama/ksm

Baca Juga :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



Back to top button