Minta Penjelasan Soal Polemik Penjor, Gubernur Koster Desak PLN Perbaiki Infrastruktur Listrik Secara Menyeluruh

Denpasar, PancarPOS | Menanggapi sorotan publik terkait kekacauan tiang serta kabel PLN di Bali, termasuk polemik penjor yang tengah viral menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, Gubernur Bali, Wayan Koster menegaskan bahwa penataan infrastruktur kelistrikan harus dilakukan secara menyeluruh, terukur, dan tidak memicu keresahan masyarakat.
Menurut Gubenur Bali dua periode ini, pernyataan PLN terkait aturan jarak aman penjor dari jaringan listrik telah berkembang seharusnya menjadi polemik yang tidak perlu. Ia menilai komunikasi PLN ke publik harus lebih sensitif dengan konteks budaya Bali, sehingga tidak menyinggung atau menimbulkan salah tafsir.
“Terkait penjor, jangan sampai seolah-olah budaya Bali dibatasi. Yang dibutuhkan adalah koordinasi teknis, bukan imbauan yang menimbulkan kegaduhan. Saya minta PLN meluruskan dan berkomunikasi dengan tepat,” ujar Gubernur Koster, seraya menekankan bahwa penjor adalah simbol sakral masyarakat Bali.
Selain isu penjor, Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menyoroti masalah klasik infrastruktur distribusi listrik, akibat tiang tidak tertata, kabel menggantung, dan penempatan utilitas yang merusak estetika ruang publik. Ia meminta PLN bekerja bersama Pemprov Bali untuk menghadirkan solusi jangka panjang, bukan hanya respons sesaat saat terjadi gangguan listrik. “Saya mendesak PLN agar tidak hanya tanggap saat gangguan listrik, tetapi juga merapikan infrastruktur guna menghindari potensi bahaya dan menjaga estetika kota,” kata Koster.
Terkait visi kemandirian energi, Koster kembali menegaskan bahwa Bali harus bergerak ke arah energi bersih. Ia mendorong percepatan instalasi PLTS atap dan menolak rencana tambahan pasokan listrik 500 MW dari luar Bali, karena ingin kebutuhan listrik pulau dipenuhi dari pembangkit energi bersih yang berada di Bali sendiri.
Dalam catatan Pemprov Bali, target PLTS atap tahun ini mencapai ratusan megawatt, yang dipasang pada gedung pemerintah, fasilitas publik, dan sektor swasta melalui kolaborasi dengan PLN. Gubernur Koster juga mengapresiasi langkah cepat PLN saat pemadaman besar pada 2 Mei 2025. Menurutnya, respons cepat, pengerahan ratusan personel, hingga kehadiran Dirut PLN langsung di lapangan menunjukkan komitmen kuat dalam pemulihan.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa pemadaman listrik bukan satu-satunya persoalan krusial. Penataan estetika, seperti posisi tiang listrik, ketinggian kabel, serta keamanan area publik harus menjadi prioritas utama ke depan.
Gubernur Koster meminta PLN dan Pemprov Bali segera membentuk skema kerja bersama berupa evaluasi titik-titik tiang bermasalah, desain ulang penempatan utilitas dengan mempertimbangkan estetika dan izin lahan, hingga kajian konversi kabel ke sistem bawah tanah pada kawasan tertentu.
Ia menutup dengan menegaskan kembali pentingnya keharmonisan antara infrastruktur dan budaya Bali. “Bali ini pulau budaya. Segala bentuk kebijakan harus peka, termasuk dalam penyampaian imbauan. Jangan sampai penjor atau tradisi masyarakat dijadikan polemik setiap tahun. Yang diperlukan adalah kolaborasi teknis yang baik,” tegas Gubernur Koster. ama/ksm














