Ekonomi dan Bisnis

Bermodal KUR BRI, Birin Nekat ke Bali Jualan Sayur Keliling


Denpasar, PancarPOS | Usaha apapun, jika ditekuni pasti hasilnya juga akan memuaskan. Itulah yang menjadi motivasi yang sangat diyakini oleh Akhmad Shobirin yang sejak pagi buta sudah sibuk merapikan gerobak sayur bersama istrinya. Salah satu penjual sayur keliling di Kota Denpasar ini, telah membuktikan hasil kerja kerasnya itu. Dalam kurun waktu 7 tahun, ia sudah mampu membeli satu unit sepeda motor bekas Kawasaki Ninja, dan satu unit sepeda motor baru Yamaha NMax, bahkan sudah sempat merenovasi rumah di kampung halamannya di Kota Lamongan, Jawa Timur. Berjualan sayur keliling dinilai memang sangat prospektif dan menguntungkan dengan biaya yang relatif kecil. Namun, usaha ini juga memiliki risiko kerugian yang lumayan besar pula, mengingat jenis sayuran merupakan komoditi yang mudah rusak dan layu, jika harus disimpan dalam waktu lama. Namun resiko tersebut, tidak banyak berpengaruh bagi Birin panggilan bekennya itu, karena penjual sayur keliling ini kerap kali dipilih oleh ibu-ibu rumah tanggga, karena dinilai lebih praktis tanpa harus ke pasar. Meskipun hanya di gerobak, tetapi jenis sayur yang ditawarkan sangat beragam, dan sebagian besar bisa habis terjual. Sekitar pukul 05.30 WITA, ia sudah siap-siap keliling dengan gerobak sayurnya yang diikatnya di jok sepeda motor Yahama Jupiter keluaran tahun 2004 yang dia beli seharga Rp7 juta sekitar tahun 2017 silam, atau tepatnya saat nekat merantau ke Bali bersama istrinya untuk mulai usaha berjualan sayur keliling.

Penjual sayur keliling, Akhmad Shobirin alias Birin, saat siap-siap berkeliling untuk memasarkan dagangannya. (foto: ama)

Ia mengisahkan, saat datang ke Bali terpaksa mengambil usaha ini, kerena tidak ada pekerja lain. Padahal menjual bahan pangan segar seperti sayur, buah, dan aneka daging ikan telah membuat tukang sayur keliling ini harus menghabiskan dagangan pada hari yang sama. Sayangnya saat itu, meskipun telah berkeliling di sejumlah perumahan warga dari pagi hingga siang, belum tentu barang dagangan tersebut habis terjual. Kalau mau dijual lagi keesokan harinya, maka akan sulit laku. “Memangnya siapa yang mau membeli sayur-mayur yang sudah layu? Tapi kalau mas ini sayurnya dijual semuanya segar-segar,” kata Bu Dewa, salah satu pelanggan setia Birin. Sebenarnya, baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, kini telah mengalami banyak kemajuan dalam segi pasokan pangan. Dulu para ibu rumah tangga harus ke warung atau ke pasar yang jika dihitung memiliki jarak hingga puluhan kilo meter hanya untuk berbelanja bahan pangan. Namun kini sudah ada banyak sekali penjual sayur yang door to door, seperti Birin, bahkan tidak hanya membawa sayur-mayur, mereka juga menjajakan banyak makanan siap santap hingga jajanan pasar. Penjual sayur tersebut akan berkeliling menjajakan segala bahan pangan ke lingkungan masyarakat pada pagi hari hingga menjelang siang. Seperti halnya yang dilakukan Birin yang memilih rute jualan keliling untuk menemui langsung para pelanggannya di daerah Desa Sading, Perang, hingga area Sempidi, Denpasar sejauh 12 km dari tempat kosnya di Jalan Letda Kajeng No.10, Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar.

Hingga pukul 13.00 atau kadang sampai 14.00 WITA, penjual sayur keliling ini setiap harinya melakoni datang dari satu rumah warga menuju rumah lainnya sebagai tempat mangkalnya. Seiring penjalanan waktu, sebagai pedagang sayur keliling ternyata bisa bangkit menjadi ladang usaha yang menjanjikan, karena akhirnya punya ratusan pelanggan tetap. Padahal dari awal omzet hasil penjualannya hanya Rp300 ribu sampai Rp400 ribuan per bulan, karena hanya memiliki modal usaha yang kecil. Apalagi pria kelahiran 30 Juni 1994 itu, mengakui usahanya sempat hampir bangkrut setelah dilanda pandemi Covid-19 lalu, karena sektor pariwisata yang lesu darah menyebabkan perekonomian di Bali hampir lumpuh total. Karena itu, pedagang sayur yang memiliki satu anak ini, sudah merasakan manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., atau BRI yang telah membangkitkan kembali usahanya kala itu. Apalagi, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sempat membuat pasar dagangan kelilingnya sepi pembeli yang sangat berdampak pada usaha kecilnya. Setelah pandemi Covid-19 dinyatakan berlalu, namun malah modal usahanya hampir ludes. Ia harus putar otak untuk mendapat suntikan modal usaha. “Hampir semua pedagang sayur keliling, seperti saya ini mengalami hal yang sama. Tapi saya dikasih tahu oleh sesama penjual kalau bisa ajukan kredit di BRI,” ujarnya sambil melayani ibu-ibu yang asik memilih dagangannya.

1bl#ik-016.1/3/.2024

Karena sangat tertarik dengan tawaran dari BRI untuk klaster pedagang sayur keliling, akhirnya Birin mencoba memberanikan dirinya mengajukan pinjaman KUR dari awalnya Rp35 juta sekitar tahun 2021, hingga bisa terbayar lunas di tahun 2024 ini. Kemudian, ia melanjutkan kembali mengambil KUR untuk modal usaha sebesar Rp75 juta pada tahun 2024 dan masih berjalan sampai saat ini. Birin mengaku tidak menyangka dirinya yang tidak mengenal perbankan baru menyadari proses pengajuan KUR dari BRI sangat mudah dan tidak dipersulit. “Yang penting punya izin usaha mikro. Syukurnya dibantu dengan cepat,” jelasnya. Ia mengaku sangat berterima kasih berkat bantuan BRI, akhirnya masih bisa bertahan untuk menjalankan usahanya. Selain itu, awalnya sebelum dapat pinjaman KUR dari BRI modalnya sangat terbatas, namun setelah mendapatkan modal lebih, sehingga penghasilnya menjadi lebih besar. Kini, ia bisa mengantongi keuntungan dari omzet penjualan sekitar Rp17 juta per bulan. Apalagi saat kondisi seperti sekarang ini, harga sejumlah komoditas naik, tapi pembeli juga tetap ramai. Untuk menjalankan usahanya, dia dibantu oleh sang istri, Ulfi Dwi Febbi Andani yang setiap harinya menyiapkan dan merapikan dagangan agar siap dijual. “Sebenarnya yang jualan keliling itu hanya suami (Birin, red) saya. Saya cuma bantu bungkus bungkus aja,” katanya, seraya menyebutkan semua jenis sayuran didapatnya dari sejumlah agen atau pengepul. “Semua sayuran ada, terus juga ada percabaian, bawang putih bawang merah, perikanan, telur, sama perbumbu-bumbuan dan kerupuk. Lengkap semua ada,” imbuhnya.

Setelah pandemi Covid-19 sudah berakhir, ia mengungkapkan penjualan sayur keliling yang ditekuni suaminya kini bisa kembali berjalan lancar. Bahkan pada periode Ramadan dan Lebaran seperti saat ini, bisa mampu meraih peningkatan omset dari kondisi normal. Meskipun keuntungan bersih dari berjualan sayuran keliling terhitung tidak seberapa, namun bagi para tukang sayur tetap berdedikasi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Mereka ternyata tidak pernah menyerah, meskipun risiko ruginya juga bisa dibilang lumayan besar. Lantaran tidak setiap hari masyarakat berbelanja di tukang sayur keliling, sehingga harus memiliki strategi agar tetap untung dan balik modal. Apalagi meskipun kondisi sayur, buah, dan aneka daging tidak sesegar kemarin, namun para pedagang sayur harus tetap bisa menjualnya kembali. Syaratnya tentu masih layak konsumsi serta tidak busuk. Selain itu, harga bahan pangan tersebut bisa dipotong diskon dari 30% sampai 50%. Misalnya, saja satu ikat kacang panjang segar yang biasanya dijual seharga Rp12 ribu, karena tidak laku dan disimpan, maka keesokan harinya bisa dijual seharga Rp8 ribu. Pembeli yang ingin berhemat bisa berbelanja sayur-sayuran yang sudah menginap semalam, agar mendapat separuh harga. Biasanya mahasiswa yang ngekos atau memutuskan untuk memasak sendiri, diskon seperti ini adalah alternatif pilihan yang baik. Jadi berbelanja bahan pangan di tukang sayur keliling sudah biasa terkenal sangat murah.

1th#ik-014.25/2/2024

Dengan berbekal uang Rp50 ribu saja sudah bisa membuat sepanci sayur sop yang dapat dinikmati oleh seluruh penghuni rumah. Misalnya, Bu Dewa pelangannya tadi, kadang kala berbelanja sayuran hingga menghabiskan uang Rp50 ribu. Tukang sayur ini biasanya akan memberi bonus, seperti seikat kangkung yang tidak laku kemarin. Meskipun mendapatkan sayur yang sudah tidak segar, rata-rata pembeli tidak ada yang berkeberatan dan mereka justru minta diberi bonus lagi. Konsep marketing seperti ini, sebenarnya sudah lama diterapkan oleh setiap penjualan sayur keliling. Namun siapa sangka, ternyata konsep yang sederhana itu begitu bermanfaat bagi pelanggannya. Apalagi dalam kondisi pandemi sebelumnya menyebabkan masyarakat yang malas pergi jauh-jauh ke pasar, akan lebih memilih ke lapak sayur keliling yang datang ke rumah mereka. Dari sinilah rezeki suaminya akan terus mengalir, meskipun berbagai suka dukanya juga tetap menanti. “Kalau sukanya pekerjaannya itu santai, karena milik sendiri dari usaha sendiri suami saya. Tapi kalau dukanya ya dia (Birin, red) bisa kehujanan, kalau gak gitu ban sepeda motornya bocor,” katanya, sembari berharap ke depan bisa memodifikasi jualan suaminya. Selain bisa pakai sepeda motor, juga berencana agar bisa berjualan pakai mobil atau kendaraan roda tiga, agar bisa memuat dagangan lebih banyak. Karena itulah, ia ingin kembali dibantu modal kredit dari BRI, agar bisa segera mengembangkan usahanya. “Syukurnya usaha kami ini bisa maju memang semuanya berkat bantuan modal dari BRI. Karena betul-betul dari nol datang ke Bali,” kenangnya.

Seperti diketahui, Bank BRI menyediakan program pinjaman untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), termasuk di dalamnya adalah para penjual sayur keliling yang ingin mengembangkan usahanya. Salah satu keuntungan utama dari program pinjaman KUR adalah suku bunga yang rendah. Hal ini mengurangi biaya pinjaman dan memudahkan untuk mendapatkan keuntungan. Proses pengajuan pinjaman KUR cukup mudah dan cepat. Cukup dengan mengunjungi cabang BRI terdekat untuk memulai proses pengajuan. Karena itu, program KUR BRI merupakan salah satu solusi yang sangat tepat bagi penjual sayur keliling, seperti Birin yang ingin memulai atau mengembangkan usaha penjualan sayur mayur. Seperti diungkapkan Yoggi Pramudianto Sukendro, selaku Pemimpin Cabang BRI Gajah Mada menegaskan program KUR BRI selama ini memang dirasakan menjadi solusi bagi pelaku UMKM, khususnya yang belum bankable, karena syaratnya mudah dan prosesnya cepat. “Kami optimistis di tahun 2024 ini BRI Kanca Gajah Mada dapat menyalurkan KUR melampaui target yang ditetapkan, mengingat masih tingginya antusias masyarakat untuk memperoleh kredit dengan suku bunga rendah,” ujarnya. Pihaknya menyampaikan penyaluran KUR mikro di Kantor BRI Cabang Gajah Mada sampai saat ini, sudah diterima oleh 26.390 pelaku UMKM dengan nilai total sebesar Rp737 miliar untuk mendukung percepatan pengembangan usaha UMKM.

1bl#ik-019.1/4/2024

Dikatakan, peran KUR sangat penting untuk meningkatkan daya saing UMKM. Selain itu, KUR bukan hanya bisa dinikmati oleh UMKM, melainkan juga pelaku usaha ultra mikro melalui KUR super mikro. “Tahapan pembiayaan UMKM diharapkan dari ultra mikro naik kelas, mendapatkan KUR super mikro, lalu naik menjadi KUR mikro dan naik lagi menjadi debitur kur kecil. Sesudah kecil, naik kelas menjadi nasabah kredit komersial, sehingga tidak perlu disubsidi lagi,” jelasnya. Program KUR bagi UMKM hingga ultra mikro, menurutnya sangat efektif menjangkau masyarakat dan mendorong pelaku UMKM naik kelas. “Pemerintah selalu berpihak ke UMKM. Apalagi setiap tahun bermunculan UMKM yang harus terus dibantu. Ditambah lagi, peran UMKM sangat penting terhadap perekonomian Indonesia,” tegasnya. ama/ksm

Baca Juga :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Back to top button