Ekonomi dan Bisnis

KUR BRI Selamatkan Usaha Wanita Pengrajin di Abang, Sulap Limbah Batok Kelapa Jadi Cinderamata


Karangasem, PancarPOS | Pohon kelapa memang punya banyak manfaat, mulai dari batang, daun, hingga buahnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan limbah tempurung kelapanya pun, bisa digunakan menjadi kerajinan tangan untuk cinderamata yang memiliki nilai jual yang lumayan tinggi. Namun sayangnya ternyata tidak banyak yang tahu bagaimana mendaur ulang tempurung kelapa menjadi limbah yang sangat berharga dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagian orang malah beranggap tempurung kelapa itu, tidak ada manfaatnya dan berakhir di tempat pembuangan sampah. Padahal limbah dari tempurung kelapa atau biasa dikenal dengan batok kelapa ini, dapat dijadikan berbagai jenis dan bentuk kerajinan yang bahan bakunya mudah didapat, karena menggunakan bahan baku lokal. Karena itulah, kerajinan dari batok kelapa saat ini, mulai banyak peminatnya. Selain bahan yang mudah dicari, kerajinan dari bahan ini juga sangat indah dilihat dan sangat cocok dijadikan hiasan dalam ruangan dan berbagai peralatan rumah tangga, sehingga akan menambah nilai estetika alami dari warna cokelatnya yang seolah-olah menyatu dengan alam. Akan tetapi butuh keterampilan khusus dan juga kemauan tinggi untuk membuat barang bernilai seni tinggi, salah satunya dengan menyulap tempurung kelapa menjadi kerajinan yang bernilai seni. Masih cerita tentang kerajinan tangan dari kelapa ini, bagian yang paling sering dipakai adalah batok kelapanya. Tempurung kelapa ini, bisa dijadikan banyak benda serbaguna yang di mulai dari centong nasi, hingga mainan atau gantungan kunci, mangkok, cangkir, asbak, kancing baju, lampu meja, dan lain sebagainya yang bisa dijadikan oleh-oleh atau souvenir. Sebenarnya hanya tinggal mengasah kreativitas untuk menghasilkan produk yang tidak hanya menarik tapi juga fungsional, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

Para wanita pengrajin yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perempuan Sinar Mulia Abadi, saat membuat produk kerajinan yang terbuat dari batok kelapa di Banjar Dinas Waliang, Desa Abang, Kabupaten Karangasem, Bali. (foto: ama)

Salah satunya, lewat sentuhan tangan kreatifnya, para wanita pengrajin di Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, juga mampu menyulap sampah batok kelapa menjadi karya seni bernilai ekonomi yang tinggi. Wanita pengrajin di Abang ini, kebetulan sudah membentu kelompok yang diberi nama Sinar Mulia Abadi. Kelompok yang berdiri sejak 26 Januari 2008 lalu, hingga kini sudah beranggotakan 26 ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Produk kerajinan yang dihasilkan oleh Kelompok Wanita Sinar Mulia Abadi ini, adalah berbagai kerajinan yang dibuat dengan bahan baku batok kelapa, seperti bokoran, tempat buah, tempat permen, tas, dan berbagai produk cinderamata lainnya. Pemilihan bahan baku batok kelapa ini sangat menarik, karena selain berasal dari bahan natural, juga mengurangi limbah organik, mengingat batok kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang kurang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari tangan ibu-ibu terampil ini, batok kelapa diolah menjadi karya seni yang memiliki nilai jual dan banyak diminati masyarakat. Proses pembuatan kerajinan dari batok kelapa ini cukup memerlukan keuletan dan keterampilan. Mulai dari membersihkan, mewarnai, merajut atau menjalin, sampai finishing semuanya dilakukan secara manual oleh wanita pengrajin ini. Dalam perjalanannya, produk dari Kelompok Wanita Sinar Mulia Abadi ini cukup menarik minat pembeli, terbukti dari pesanan produk yang mencapai 1.000 pcs per bulan. Pemberdayaan ini menjadi kunci utama sebagai upaya dalam mendorong peranan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, dan sekaligus membantu mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Hal itu pula yang dilakukan oleh kelompok usaha Sinar Mulia Abadi yang merupakan klaster usaha binaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., atau BRI.

Dibentuk sejak 16 tahun silam, kini kelompok usaha tersebut telah berhasil memberdayakan kehidupan para perempuan di Abang. Seperti diungkapkan oleh Anak Agung Ayu Mahesarani Karang, selaku Ketua Kelompok Usaha Perempuan Sinar Mulia Abadi mengatakan kelompok usaha ini dibentuk, karena kondisi ekonomi warga di sekitar kampungnya yang memprihatinkan. Karena tidak ingin melihat mereka semakin terpuruk, Rani sapaan akrabnya ini pun mengumpulkan para perempuan di kampungnya dan memberdayakan mereka untuk ikut serta dalam berkarya dan berdikari. Menariknya, kelompok usaha perempuan yang dibangun oleh Rani ini, ternyata memanfaatkan limbah batok kelapa sebagai produk utamanya. Apalagi selama ini, limbah batok kelapa menjadi pemandangan yang umum di sekitar desa tempat tinggalnya. Hanya saja, limbah tersebut tidak diolah kembali dan hanya dijual mentah-mentah ke Pulau Jawa dengan harga yang sangat murah. Karena itulah, keuntungan yang didapatkan para warga pun juga terbilang sangat sedikit. Menyadari keadaan ini, Rani kemudian mencari cara bagaimana agar nilai jual batok kelapa tersebut bisa meningkat dan memberikan keuntungan. “Untuk meningkatkan nilai jual dari limbah batok kelapa, kami berinisiatif untuk mengolahnya kembali menjadi sebuah kerajinan tangan. Misalnya saja seperti tempat tisu, tempat permen, keranjang buah atau tempat sesajen upacara. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan tersebut juga dapat menyesuaikan permintaan dari para konsumen. Jadi, apa yang para pembeli mau, nanti kami buatkan,” ujarnya kepada PancarPOS.com, pada Senin (15/4/2024). Di sisi lain, ragam produk yang dibuat oleh kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi ini kebanyakan dijual dengan sistem by reseller. Namun, tidak sedikit pula dari para anggotanya yang menjajakan secara langsung dari satu tempat ke yang lainnya. “Untuk pemasaran, sampai saat ini masih berpusat di Pulau Bali saja. Tapi, kami juga pernah mendapatkan pesanan hingga ke Pulau Jawa dan Sulawesi,” tambahnya.

Kerajinan dengan bahan baku batok kelapa, seperti bokoran, tempat buah, tempat permen, tas, dan berbagai produk cinderamata lainnya. (foto: ist)

Hasil kerajinan tangan ini, juga sudah dijajakan lewat sejumlah media sosial atau Medsos, seperti Facebook, Instagram, dan juga komunitas WhatsApp lainnya. Promosi lainnya juga dilakukan secara door to door khususnya ke Kota Amlapura, Karangasem sampai Kota Denpasar, agar produknya lebih banyak dikenal. Apalagi seluruh daerah di Bali selalu ramai dengan wisatawan yang bisa dimanfaatkan sebagai ladang perekonomian yang selalu banyak membutuhkan barang-barang kerajinan tangan untuk souvenir atau cinderamata sebagai oleh-oleh saat kembali ke kampung halamannya. “Kami mengajak untuk membangkitkan karya seni dari kerajinan ibu-ibu di Abang dengan membeli dan mempromosikan produk lokal kita,” tegasnya. Meskipun sudah berhasil memasarkan produknya ke berbagai tempat, tapi siapa sangka jika awalnya Rani dan kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi sempat mengalami kendala di proses pemasaran dan juga dana untuk modal usaha. Untungnya, kendala yang sempat dirasakan oleh Rani dan kelompok usahanya itu berhasil diselamatkan, juga berkat bantuan yang diberikan oleh BRI Peduli. “Kami mendapatkan bantuan dana senilai Rp70 juta dan beberapa alat penyokong, seperti 8 etalase, gunting rotan, jarum, benang, gerinda, serta pelatihan dari BRI Peduli. Untuk pelatihannya sendiri, kami diajarkan mengenai cara mengkreasikan batok kelapa, agar hasilnya bisa lebih beragam dan diterima di pasaran yang lebih luas,” paparnya. Bantuan dari BRI Peduli ini, menurut Rani sangat menguntungkan bagi kelompok usaha dan anggotanya. Terlebih lagi karena awalnya mereka tidak memiliki etalase untuk memajang produk-produk yang dihasilkan, sehingga, ada sedikit kesulitan untuk memperkenalkan berbagai kerajinan yang dibuat kepada calon konsumen.

Di samping itu, berkembangnya kelompok usaha produk handycraft yang sempat hampir kolaps akibat dampak pandemi Covid-19 di sekitar tahun 2020 tersebut, juga tidak terlepas dari peran BRI yang membantu menyediakan akses pasar hingga permodalan. Berbagai upaya BRI dalam melakukan program pemberdayaan pelaku usaha, terbukti nyata dapat resilience atau tangguh di situasi pandemi, sehingga bisa terus tumbuh berkembang hingga saat ini, yang juga selaras dengan Presidensi G20 dengan tema “Recover Together, Recover Stronger” pada tahun 2022. Dengan demikian, usaha yang dimotori oleh Rani saat itu bisa diselamatkan, bahkan bisa terus berinovasi hingga naik kelas. Ia menyebut, pendampingan dan pembinaan oleh BRI didapatnya sejak menjadi nasabah kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI sebesar Rp100 juta. Semua akses permodalan dibantu secara total, termasuk fasilitas mesin dan beberapa sarana penunjang lainnya. Dikatakan selama ini, BRI terus berupaya memberdayakan UMKM dan membantu usaha wanita pengrajin di Abang, agar bisa terus bertahan. Bahkan, permodalan yang ditawarkan dan diberikan sebenarnya bisa bermacam-macam, mulai dari Kupedes, KUR, hingga pinjaman kemitraan. Tentunya kucuran dana kredit ini akan disesuaikan dengan assessment dan kelayakan usaha yang dijalankan. Peran ini terus didorong BRI, sebagaimana tampak dari komitmen perseroan yang menjadi induk Holding BUMN Ultra Mikro (UMi). Akses pembiayaan untuk pelaku usaha ultra mikro yang disalurkan tersebut merupakan upaya BRI untuk mendukung para pelaku usaha, agar bisa go global. “Kami merasa bersyukur dan berterima kasih kepada pihak BRI yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuan. Sehingga, kelompok kami juga semakin semangat untuk bekerja dan menjual produk kerajinan yang dibuat. Bahkan, berkat bantuan dari BRI Peduli, omzet kami jadi semakin meningkat dan menyentuh di kisaran Rp25 juta per bulan. Selain itu, setiap BRI mengadakan acara, kelompok usaha kami juga selalu dilibatkan di dalamnya,” terang Rani.

Para wanita pengrajin yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perempuan Sinar Mulia Abadi, saat membuat produk kerajinan yang terbuat dari batok kelapa di Banjar Dinas Waliang, Desa Abang, Kabupaten Karangasem, Bali. (foto: ama)

Pada kesempatan itu, Perbekel atau Kepala Desa Abang periode 2016-2024, I Nyoman Sutirtayana mengakui pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM yang dilakukan oleh BRI di Desa Abang hingga kini semakin berkembang. Salah satunya bantuan KUR untuk usaha kerajinan tangan dari batok kelapa yang dimotori oleh Kelompok Usaha Perempuan Sinar Mulia Abadi. Dikatakan, BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM, juga telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi. Hal itu sesuai dengan arahan dari Pemerintah, agar program KUR bertujuan meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif. Selain itu, program KUR diberikan bagi pengrajin perempuan di Desa Abang juga untuk meningkatkan kapasitas daya saing UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bisa menyerap tenaga kerja. Manfaat dari program KUR dari BRI telah dirasakan oleh para pelaku UMKM, seperti bagi para ibu-ibu yang tergabung di Sinar Mulia Abadi, sehingga usahanya bisa berkembang pesat. Di samping itu, BRI terus berupaya dalam memberikan akses pembiayaan serta menyediakan berbagai program pendampingan dan pemberdayaan UMKM di Desa Abang. Pihaknya menjabarkan pemberdayaan yang dilakukan oleh BRI selama ini, tidak hanya menyasar para pelaku UMKM agar bisa go global. Namun strategi BRI juga untuk tumbuh secara berkelanjutan. Salah satunya, lewat program Klasterkuhidupku, yang saat ini BRI telah memberdayakan klaster usaha di Desa Abang. Klaster tersebut setidaknya telah mendapatkan pelatihan dan literasi serta bantuan sarana prasarana produksi. “Selama ini, BRI telah terbukti sangat konsisten menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan di desa-desa melalui keberpihakan terhadap UMKM. Dan ke depan kami harapkan tetap berkomitmen untuk terus memperkuat dan memperkokoh komitmen ini,” ujar mantan Wartawan Koran Pos Bali tersebut.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengakui melalui program Klasterkuhidupku, seperti yang dinikmati oleh kelompok wanita pengrajin dari Sinar Mulia Abadi tersebut, BRI berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu para pelaku usaha perempuan. Bahkan, tidak hanya berupa modal usaha saja, tetapi juga berupa pelatihan-pelatihan usaha dan program-program pemberdayaan lainnya. “Kami juga mendorong produktivitas kelompok usaha perempuan dengan memberikan bantuan peralatan usaha atau sarana prasarana pendukung. Semoga, bantuan yang diberikan dapat dimanfatakan sebaik-baiknya. Kami juga berharap, kisah yang ditunjukkan oleh kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi menjadi motivasi dan cerita inspiratif yang dapat ditiru oleh kelompok-kelompok usaha perempuan lainnya di berbagai daerah”, tegasnya. Terkait dengan penyaluran KUR, ia mengungkapkan bahwa KUR BRI yang dibuka pada awal Februari 2023 dengan target bisa menyalurkan sebesar Rp270 triliun. Dari alokasi KUR oleh pemerintah pada tahun 2024, BRI mendapatkan alokasi penyaluran KUR terbesar senilai Rp165 triliun atau tercatat lebih rendah dibandingkan target tahun 2023 sebesar Rp194,4 triliun. Hingga saat ini, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun kepada 561.000 debitur sepanjang Januari-Februari 2024. Dengan realisasi KUR di awal tahun ini, BRI pun optimis dapat mencapai target tersebut. “Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” kata Supari, sembari menambahkan bahwa digitalisasi memberikan dampak positif terhadap penyaluran KUR BRI. “Melalui BRISPOT, BRI dapat terus memperbarui operating model end to end tenaga pemasar, yang berdampak terhadap produktivitas 27 ribu Mantri BRI. Berkat keberadaan BRISPOT, BRI saat ini mampu mencairkan KUR sebesar Rp1 triliun per hari,” jelasnya. Tidak hanya fokus dalam penyaluran, BRI juga telah menyiapkan strategi untuk menjaga kualitas kredit KUR yang disalurkan. Di antaranya melalui optimalisasi success rate restruk, monitoring secara berkala penyaluran KUR, serta menggunakan data analytic untuk memperkuat proses credit underwriting.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari. (foto: ist)

Selain menyalurkan KUR, BRI berkomitmen akan terus berperan aktif membantu pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas usaha mikro Indonesia melalui financial literacy, social economic empowerment, digital penetration, dan penyaluran program Pemerintah. Hal tersebut tak lain untuk mendorong momentum pertumbuhan perekonomian grass root serta untuk mendukung penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Indonesia,” tegasnya. Peran KUR menurut dia, sangat penting untuk meningkatkan daya saing UMKM. Selain itu, KUR bukan hanya bisa dinikmati oleh UMKM, melainkan juga pelaku usaha ultra mikro melalui KUR super mikro. Apalagi saat ini, bank-bank sudah bisa menyalurkan KUR, sesuai dengan penugasan masing-masing. “Semua bank penyalur (KUR, red) kini sudah bisa menyalurkan. Targetnya sesuai Permenko, adalah UMKM yang produktif,” tutupnya. ama/ksm

Baca Juga :


Back to top button