Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali: Mengagungkan, Memuliakan, dan Menggaungkan Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa
Gianyar, PancarPOS | Keindahan dan kemegahan budaya Bali tidak hanya dapat dilihat dari seni tari, musik, atau upacara adat, tetapi juga tercermin dalam balutan busana tradisional Bali yang sarat dengan makna. Sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya ini, Himpunan Ratna Busana Indonesia (HRB) menggelar Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali yang diselenggarakan di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Gianyar pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Acara ini bertujuan untuk menggaungkan keindahan wastra Bali, baik dalam bentuk busana klasik maupun kreasi kontemporer, serta memperkenalkan Adat Madya Bali melalui rangkaian prosesi yang mengedepankan nilai-nilai tradisi. Pada pagelaran tersebut, ditampilkan berbagai busana kebaya terpilih yang melibatkan proses adat seperti Adat Madya Bali ke Pura dan Busana Menghadiri Acara. Semua ini bertujuan untuk mempromosikan keindahan budaya Bali yang sarat akan filosofi dan makna yang mendalam.
Ketua Umum Himpunan Ratna Busana Indonesia, Siti Hediati Hariyadi Soeharto, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa sejak berdiri pada tahun 1972, organisasi ini telah berkomitmen memperjuangkan keberadaan busana sebagai bagian dari identitas budaya bangsa. Melalui berbagai program seperti pagelaran lintas generasi dan pemberdayaan masyarakat, HRB terus mengajak seluruh Warga Negara Indonesia untuk melestarikan dan mengenakan busana tradisional Indonesia, termasuk kebaya dan wastra Bali, sebagai simbol kebanggaan terhadap warisan budaya Nusantara yang luhur.
Sebuah kabar menggembirakan datang menyusul pengakuan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO dalam Sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) di Asuncion, Paraguay, pada Rabu, 4 Desember 2024. Ini menjadi bukti bahwa upaya untuk melestarikan kebaya sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia mendapat pengakuan internasional.
Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali tidak hanya memperkenalkan busana, tetapi juga diisi dengan beragam acara seni dan budaya lainnya. Salah satunya adalah pertunjukan Tari Puspa Mekar, Tari Legong Lasem, dan Tari Oleg Tamulilingan yang dibawakan oleh Sanggar Balerung Stage Peliatan yang dipimpin oleh Bapak A.A. Gde Oka Dalem. Selain itu, juga diselenggarakan pameran UMKM yang menampilkan berbagai kerajinan tangan khas Bali seperti perak, kebaya, tenun, dan produk lokal lainnya, antara lain dari Aryuna Bali Jewelry, Wiswarani Kebaya, Indira Laksmi Bali, Tenun Setia Cap Cili, Wiracana, dan Kelompok Tenun Sari Bhakti dari Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin.
Selain pameran, peragaan busana menjadi acara puncak yang menampilkan koleksi dari desainer Bali ternama seperti Indira Laksmi Bali, Pertenunan Setia Cap Cili, Aryuna Bali Jewelry, Wiracana, dan Wiswarani. Dalam peragaan busana ini, para model akan mengenakan busana tradisional yang dirancang dengan sentuhan modern yang tetap menjaga esensi warisan budaya Bali. Jegeg Bagus Gianyar akan menjadi peragawati dalam acara ini, didukung dengan tata rias dan rambut oleh Gedong Pengantin, serta musik pengiring oleh Feby Widi.
Acara ini juga menyajikan kuliner khas Bali, yang dipersembahkan oleh Odette Bali dengan tata hidangan yang disusun oleh Chef Friska Rudana, yang dipadukan dengan desain dekorasi Bali yang memperkaya suasana. Kehadiran para seniman, budayawan, dan tokoh penting lainnya turut meramaikan acara ini, termasuk Ibu Widiyanti Putri Wardhana, Anggota Himpunan Ratna Busana Indonesia yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata Republik Indonesia.
Museum Rudana, yang diresmikan pada 26 Desember 1995 oleh Bapak Presiden Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto, memiliki visi yang sejalan dengan tema acara ini. Nyoman Rudana, sebagai pendiri museum, menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat selaras dengan visi Museum Rudana untuk mengagungkan, memuliakan, dan menggaungkan seni budaya Bali sebagai bagian dari jiwa bangsa.
Sebagai museum yang juga berkomitmen mendukung seniman, Museum Rudana telah menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam rangka menyongsong Tiga Dasa Warsa (30 Tahun) Keberadaan Museum Rudana pada 2025, museum ini akan menggelar serangkaian acara budaya yang lebih besar, termasuk pameran lukisan, patung, seni pahat, musik, serta seni pertunjukan lintas bangsa.
Museum Rudana juga terkenal dengan komitmennya dalam mendukung berbagai kegiatan pendidikan seni dan budaya. Keberadaannya yang telah memenangkan berbagai penghargaan, baik nasional maupun internasional, membuat museum ini menjadi mercusuar warisan budaya Bali yang terus berperan dalam mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia.
Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi terhadap busana tradisional Bali dan kebaya, tetapi juga sebagai upaya melestarikan dan mempromosikan warisan budaya yang telah ada sejak lama. Acara ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai kebudayaan kita, serta memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan keindahannya kepada dunia. Dengan adanya pengakuan internasional terhadap kebaya, semoga semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk mengenakan dan melestarikan busana tradisional Indonesia sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dengan berakhirnya acara ini, diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebanggaan dalam diri setiap individu untuk terus mendalami dan merayakan keindahan seni dan budaya Indonesia, serta memastikan warisan budaya ini tetap hidup untuk generasi mendatang. ama/ksm